Mohon tunggu...
Suasti Ngh
Suasti Ngh Mohon Tunggu... -

Kecanduan Detektif Conan dan Harry Potter. Doyan dengan segala hal berbau matematika ^_^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karna Parwa: Yudhisthira Dilukai Radheya (Kematian Dussasana)

31 Maret 2011   04:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

YUDHISTHIRA DILUKAI RADHEYA

Radheya meminta Salya untuk membawanya kehadapan Pandava. Salya yang teringat akan janjinya pada Yudhisthra berusa menghalang-halangi keinginan Radheya. Sepanjang jalan Salya terus memuji-muji Pandava dan menjelek-jelekkan Radheya. Radheya tahu Salya ingin menghalangi niatnya, tapi dengan sangat bijaksana ia berbicara pada Salya bahwa ia tahu ia takdirnya akan mati di medan perang, karena itu ia ingin bertarung sebaik-baiknya agar namanya terukir disana. Ia akan bertarung demi kecintaannya pada sahabatnya Duryodhana. Salya terdiam.

Pertempuran dimulai. Yudhisthira mendekati Radheya, ia ingin bertarung dengannya. Sebelum bertarung, Yudhisthira merendahkan Radheya yang dianggapnya sebagai seorang Sutaputra. Radheya dengan senang hati melayani tantangan Yudhisthira itu. Pertarungan yang sangat mengagumkan. Namun Yudhisthira kalah, ia terduduk di keretanya tak bisa menahan sakit. Satyaki dan yang lain berusa menolong Yudhisthira. Radheya terus menyerang Yudhisthira dan pasukannya. Ia membuat Yudhisthira tak berdaya lagi. Radheya menyentuh Yudhisthira dengan ujung busurnya. Radheya memperingatkan Yudhisthira untuk mencari lawan yang seimbang baginya dan jangan menantang orang yang lebih unggul.

Bhima sangat marah pada Radheya atas penghinaan pada saudaranya. Ia ingin membunuh Radheya. Bhima dan Radheya bertarung sangat lama dan Bhima mampu mengalahkannya, namun Salya mengingatkannya bahwa membunuh Radheya adalah tugas Arjuna. Bhima meninggalkan Radheya. Setelah bangun dari pingsannya, Radheya ingin bertarung lagi dengan Bhima, pertarungan terjadi sekali lagi.

Asvatthama menantang Arjuna, mereka pun bertarung. Namun Arjuna tidak menunjukkan keseriusannya melawan Asvatthama. Krsna sangat marah dengan sikap Arjuna itu, yang bertarung dengan sangat lunak. Arjuna mendengarkan kata-kata Krsna dan mulai bertarung dengan serius.

DI DALAM PERKEMAHAN YUDHISTHIRA

Banyak pertarungan yang terjadi hai ini. Beberapa pertarungan yang terjadi tidak memiliki hasil yang pasti. Kadang Pandava yang beruntung, namun kadang Kaurava yang beruntung. Yudhisthira yang lemah tak bisa berdiri dan kembali ke tendanya. Yudhisthira kecewa dengan Arjuna yang tidak membunuh Radheya.

Arjuna meminta Krsna membawanya ke tenda Yudhisthira sebelum ia bertarung dengan Radheya. Mereka memasuki tenda Yudhisthira. Yudhistira menyambutnya dengan bahagia, ia menyangka Arjuna telah berhasil membunuh Radheya untuknya. Namun ia kecewa saat mengetahui Radheya masih hidup dan Arjuna bahkan belum sempat bertarung dengannya. Krsna tahu kekecewaan Yudhisthira, ia memberi tahu Arjuna betapa sakit hatinya Yudhisthira pada Radheya.

Yudhisthira mengutus Arjuna untuk membunuh Radheya. Arjuna dan Krsna kembali bergabung ke barisan depan. Pertarungan hebat telah banyak terjadi di sana.

KEMATIAN DUSSASANA

Arjuna meminta Krsna membawanya mendekati Radheya. Salya sekarang sudah berhenti menghina Radheya, ia kagum dan menghormati Radheya yang bertarung dan mempertaruhkan hidupnya untuk raja Duryodhana. Radheya merasa sangat bahagia mendengar kata-kata Salya dan ia berharap hari ini ia bisa membunuh Arjuna.

Dilain tempat Dussasana bertarung dengan Bhima. Dussasana mencibir pada Bhima yang menantangnya. Hari ini Bhima ingin memenuhi janjinya untuk membunuh Dussasana yang telah lancang menyentuh rambut Drupadi.

Pertarungan terjadi dengan sangat menakjubkan. Keduanya sama-sama kuat. Namun Dussasana tidak dapat menahan amarah dari Bhima. Sambil melihat ke arah Duryodhana, Bhima menangkap Dussasana yang malang ke tangannya. Bhima mencekik lehernya sambil memgingatkan Dussasana tentang sumpah Bhima untuk meminum darah Dussasana.

Semuanya terdiam dan seakan lumpuh melihat pemandangan yang menakutkan itu. Bhima melemparkan Dussasana ke tanah. Ia meletakkan kakinya di lehernya. Bhima merobek dada Dussasana, ia menebasnya dengan pedangnya. Darah Dussasana muncrat dan Bhima meletakkan bibirnya di luka itu. Bhima meminum darah Dussasana dan berkata bahwa itu adalah minuman paling nikmat yang pernah ia minum. Bersama darah yang mengalir, melayang pula nyawa Dussasana.

Arjuna yang telah berjanji akan membunuh anak-anak Radheya saat ia melihatnya mulai membunuh Vrsasena putra Radheya. Radheya sangat sedih melihat kematian Dussasana dan Vrsasena, ia meminta Salya untuk membawanya ke hadapan Arjuna.

Bersambung: Gugurnya Radheya (Radheya dan Arjuna)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun