Ia diharapkan menjadi seorang figur bagi masyarakat untuk menuju perubahan yang lebih baik. Ini sejalan dengan ungkapan: "Jika kamu ingin merubah dunia, maka kamu harus merubah diri kamu sendiri,".
Jadi, figur yang dimaksudkan disini adalah kepemimpinan. Karena salah satu kompetensi dasar dalam berorganisasi adalah bagaimana mempersiapkan kader-kadernya menjadi seorang pemimpin sebagai generasinya.
Kepemimpinan masih dipercaya menjadi kunci bagi maju dan mundurnya sebuah organisasi, karenanya hanya dengan pemimpin unggulah tujuan organisasi itu bisa dicapai.Â
Pemimpin memiliki posisi yang sangat strategis karena fungsi pemimpin sama seperti kepala (otak) bagi tubuh. Apabila kepala sakit, maka bagian tubuh yang lainnya pun niscaya akan terganggu.Â
Demikain juga sebaliknya, apabila kepala sehat, maka seluruh tubuh niscaya akan ikut sehat dan dapat berfungsi dengan baik. Yang namanya kepala berarti pusatnya akal pikiran. Pikiran itulah yang akan menentukan kemana organisasi akan dibawa.Â
Oleh karena itu, suatu perkumpulan atau organisasi tanpa pemimpin bagai kapal tanpa narkoda, bagai layang-layang putus dari benangnya, bagaikan kapas dibawa angin melanglang buana tanpa arah dan tujuan.Â
Ditangan pemimpin, banyak keputusan yang menentukan arah organisasi. Maka jika seorang pemimpin  mengabaikan nilai-nilai organisasi, dan sudah keluar dari tujuan organisasi, maka untuk memperbaikinya pemimpinnyalah yang harus diganti.Â
Pernyataan ini, sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dr. John C. Maxwell dalam bukunya Farendy Arlius berjudul, 5 Rahasia Menjadi Pemimpin Unggul. Ia mengatakan "untuk mengubah arah suatu organisasi, maka ubahlah pemimpinnya,". Â
Demikain ....Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H