Rocky Gerung merupakan salah satu politisi Indonesia yang dinilai cerdas. Pasalnya, argumen-argumennya yang tajam selalu menyudutkan lawan bicaranya (debat).Â
Ketajaman analisa Rocky terhadap suatu isu menjadikan dirinya banyak disukai oleh banyak orang, salah satunya adalah mahasiswa.Â
Banyak mahasiswa yang mengaku mengagumi Rocky. Hal ini karena selain cerdas, Rocky juga selalu berperilaku bijaksana saat menghadapi lawan debatnya.Â
Rocky Gerung tidak pernah terlihat emosi, tentu ini menandakan bahwa ia pantas menyandang gelar filsuf, karena salah satu ciri dari seorang filsuf adalah bijaksana.Â
Kebijaksanaan Rocky terlihat saat dirinya berdebat dengan Ruhut Sitompul dalam salah satu acara di televisi Indonesia. Ruhut nampak kesal, karena setiap kali ia berbicara, argumentasinya selalu terbantahkan.Â
Ruhut tidak menyerah, berkali-kali ia menyerang Rocky terutama menyangkut pernyataan Rocky yang mengatakan Al-Qur'an adalah fiksi. Ruhut pun menilai bahwa Rocky adalah seorang ateis.Â
Masih dalam suasana debat debat di TV, Ruhut kemudian menanyakan agama Rocky,? Rocky diam,... tapi ditanya lagi oleh Ruhut. Rocky tetap diam ...Â
Setelah Ruhut berkali-kali menyebut bahwa Rocky adalah ateis. Akhirnya Rocky pun berbicara dengan nada serak-serak basahnya ...Â
Bukan memberikan jawaban, Rocky justeru sebuah kritik pertanyaan tersebut. Rocky mengatakan buat apa saya memberi tahu ranah privasi saya ... Â
Nampak jelas dari argumentasi Rocky bahwa membahas privasi orang lain tidak perlu apalagi menanyakan soal Agama. Rocky menyampaikan pesan bermakna ...
Menanyakan hal privasi orang lain adalah suatu hal yang tidak perlu. Rocky mengatakan buat apa membahas hal yang menjadi privasi saya, kan banyak isu yang lebih pantas untuk dibicarakan.Â
Ruhut nampak jengkel, melihat kepiawaian Rocky dalam berdebat dengan dirinya. Ruhut kemudian bertanya lagi soal akademis Rocky selama kuliah.Â
Sebelumnya Ruhut mengatakan kepada Rocky, saat Rocky menjelaskan suatu hal, namun Ruhut dengan perasaan tidak terima mengatakan: "Jangan kau ajari ikan berenang," kau siapa, ngaca kau rocky! ngaca! ...," kata Ruhut.
Tak berhenti disitu, karena merasa penasaran, Ruhut  bertanya lagi mengenai latar belakang pendidikan Rocky Gerung.
Ruhut  bertanya soal latar belakang pendidikannya. "Kamu lulusan sarjana apa, S berapa, S3, doktor, profesor,? tahya Ruhut kepada Rocky.Â
Jawaban Rocky sontak membuat Ruhut terkejut. Rocky menjawab dengan santainya, Rocky mengatkan: "Cuma S1 saya, tapi saya mengajar doktor dan profesor di kampus UI," kata Rocky.Â
"Terus apalagi," tanya lagi Ruhut. Rocky mengatakan bahwa ia kuliah diberbagai fakultas, mulai dari hukum, sosial politik, sejarah dan lain sebagainya. Tapi kata Rocky hanya satu yang ia selesaikan yaitu filsafat.Â
Rocky menjelaskan alasannya hanya menyelesaikan satu jurusan. Ia mengatakan dirinya telah DO jurusan tersebut karena ia merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dipelajari.Â
Baginya gelar tidak begitu penting, oleh karena itu ia tidak menyelesaikannya, bukan tidak mampu tapi ia tidak mau.Â
"Buat apa saya selesaikan sampe gelar tinggi, siapa yang akan mengajar saya kalo saya kuliah S3 kan saya mengjar S3," kata Rocky.Â
Rocky mengatakan ijazah bukti bahwa orang pernah kuliah atau, bukan bukti orang pernah berpikir. Ini mungkin kali ya, kenapa Rocky DO kampus ya karena Rocky diatas standar kampus.Â
Menurut saya Rocky dulunya adalah seorang pencinta ilmu pengetahuan. Standar berpikir Rocky jauh diatas rata-rata dari kebanyakan orang Indonesia.Â
Hal yang menarik lagi bagi saya, Rocky Gerung selalu berdebat dengan santai meskipun lawan debatnya emosi.
Tapi ia tetap menghadapinya dengan bijaksana. Disinilah orang melihat sosok Rocky, dalam berdebat ia menggunakan karakter akademis bukan aktivis.Â
Menurut saya karakter itu yang patut kita contoh. Bukan soal tentang pengetahuannya, tapi tentang sikap atau cara menyampaikan pendapatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H