Setiap tempat memiliki antropologi budaya yang berbeda-beda, sebagai contoh sistem mata pencaharian hidup di pinggir pantai akan berbeda dengan mata pencaharian masyarakat yang berada di pegunungan. Sama halnya juga dengan di pondok pesantren, hanya saja ketika kita membahas pondok pesantren maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang kita maksud dengan pondok pesantren itu.Â
Saya tidak akan mengartikan pondok pesantren itu terlalu berbelit-belit. Intinya semua orang tau bahwa pondok pesantren adalah sebuah tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pondok pesantren bisa disebut juga lembaga pendidikan artinya ada proses pendidikan didalamnya baik bersifat formal maupun tidak formal.Â
Kita membatasi pondok pesantren adalah bagian dari lembaga pendidikan. Maka, memgenai antropologi  budaya di pondok pesantren salafi setidaknya ada empat unsur yang ada didalamnya yaitu kyai, pondok, santri dan majelis. Kyai adalah guru yang mengajarkan ilmunya kepada para santrinya. Majelis adalah tempat kegiatan belajar para santri. Sedangkan pondok adalah tempat bagi para santri tidur, dan menyimpan harta bendanya.Â
Pendidikan di Pondok Pesantren Salafi
Karena sifatnya yang tradisional, pendidikan di Pondok Pesantren Salafi tidak ada peraturan yang mengikat atau mengatur proses pendidikan dari masuk sampai ia lulus.Â
Tujuan pendidikan di pesantren salafi bukan ke arah tujuan duniawi seperti pangkat dan jabatan tetapi pesantren salafi lebih kepada tujuan akhirat.Â
Santri bukan sekedar menuntut ilmu tetapi santri mencari barokahnya dari sang pemilik ilmu. Tapi, kegiatan pendidikan (ngaji) di pesantren memiliki jadwal rutin.Â
Biasanya waktu ngaji di pesantren yaitu setelah sholat lima waktu maghrib, isya, subuh, dzuhur dan ashar. Waktu sunah seperti sholat dhuha, dan tahajud ketika saya mondok tidak diharuskan tapi ada juga pondok yang mengaharuskannya.Â
Sementara itu, kitab kuning yang dipelajari di pondok pesantren salafi pun beragam. Ngaji kitab lAl-Qur'an setiap waktu setelah sjolat, sedangkam untuk kitab kuning itu dijadwal. Waktu saya mondok saya pernah belajar ilmu  nahwu, yang merupakan ilmu dasar agar kita bisa membaca kitab kuning.Â
Saya waktu itu pernah belajar amil, jurmiyah, matanbinah, dan lain sebagainya. Sedangkan nama-nama kitab yang pernah saya pelajari saat mondok, saya lupa.wkwkw... karena memang hanya sebentar sih. Lulus SMA mondok 1 tahun terus kuliah.Â
Karena kuliah, jadi waktunya benar-benar terbagi-bagi. Ditambah lagi saya aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, jadi saya tidak ngaji secara rutin hanya sekedar mendengarkan ketika guru (kyai) menerangkan suatu bab dalam kitab kuning.Â