Mohon tunggu...
wacana_rakyat
wacana_rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah yang Tidak Dibahas di Sekolah

19 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 19 Agustus 2022   11:29 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taher mengungkapkan tentang G30S adalah tentang pembunuhan brutal atas jutaan bangsa Indonesia yang tak berdosa, tentang kekejaman kaum militer terhadap bangsanya sendiri, tentang Soeharto, militer yang dengan licik mengingkari Pancasila. Menurut Taher, Orde Baru mempunyai "versi sejarah" yang sejak 1965 dipaksakan, dijejalkan ke dalam benak para generasi muda dan yang sampai hari ini masih diteruskan oleh sisa-sisa dan penerus orde baru yang masih duduk dim kursi empuk pemerintahan.

"Mereka mencoba untuk mengelabui dan membodohi rakyat dengan berbagai dalih dan cara seperti "membicarakan masalah G30S sebagai tidak produktif," jelas Taher. "Ini berarti nasib lebih dari 3 juta manusia yang dibunuh dengan kejam oleh rezim orde baru tidak perlu dibicarakan. Membicarakannya dianggap sebagai hal yang tidak produktif, tidak ada harga," lanjutnya.

Lebih lanjut Taher mengatakan, lebih parah lagi pemerintah mengizinkan atau memaksakan, hanya satu sejarah G30S yaitu versi orde baru yang menurutnya kebenarannya sangat diragukan, untuk para pelajar dan generasi muda, seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan menutup rapat-rapat pintu penyelidikan atas segala kebohongan dan penipuan sejarah yang dilakukan oleh orde baru dengan melarang dan menarik dari peredaran, semua buku yang tidak mencantumkan  PKI di belakang kata G30S. Dan apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini, tidakkah itu berarti menerima, menelan bulat-bulat dan melanjutkan sejarah yang dikarang oleh orde baru yang juga bisa diartikan bahwa pemerintah adalah sesungguhnya penerus dari rezim orde baru.

Taher mengatakan, sejarah adalah milik pemenang. Realitas tersebut terbukti dalam pengungkapan fakta peristiwa G30S selama ini yang merupakan interpretasi sejarah dari penguasa orde baru. Karena sejarah adalah milik pemenang, yang berkuasa hampir 1/3 abad dan yang memaksakan versinya, karenanya, kata Taher; Apakah bisa menjadi jaminan bahwa sejarah yang mereka tulis itu adalah benar? "The winner takes all," kata pribahasa "si pemenang memperoleh segala-galanya!".

Pemenang menciptakan dan mengarang sejarah termasuk sudah barang tentu mlecehkan, menabur fitnah dan kebohongan terhadap mereka yang dilumpuhkan, dikalahkan, serta memutarbalikan segala fakta kebenaran. Untuk generasi muda bangsa Indonesia sekarang, kita punya hak penuh untuk mengetahui sejarah bangsanya, sejarah leluhurnya, pahlawan-pahlawan bangsa. Berhak penuh untuk mengetahui penghianat-penghianat bangsanya, mengetahui sejarah terang dan sejarah kelam, gelap dan hitam dari bangsa dan pemimpinnya.

Dari penulis, tulisan ini tidak maksud apapun. Tulisan ini hanyalah refleksi saya terhadap pembelajaran di sekolah yang menurut saya masih kurang terutama pembahasan pelanggaran HAM sekitar tahun 1965-1966. Pesan saya almarhum Presiden Soekarno pernah mengatakan, dalam menyikapi sejarah bangsa, ambilah abunya! masih ada segumpal api dalam abu dari sisa yang telah terbakar dan hangus. Sementara itu filsuf Prancis George Santayana mengungkapkan orang yang tidak belajar sejarah dikutuk untuk mengulanginya. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun