Mohon tunggu...
wacana_rakyat
wacana_rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah yang Tidak Dibahas di Sekolah

19 Agustus 2022   10:55 Diperbarui: 19 Agustus 2022   11:29 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar sejarah/sumber gambar:kompas.com/Hamzah Arfah


Ada yang tidak dibahas dalam buku sejarah tentang sisi gelap sejarah Indonesia. Hal ini seolah ingin menyembunyikan sebuah kebenaran dari khalayak publik karena dianggap tidak layak untuk disuguhkan kepada mereka generasi sekarang. Ini berlanjut hingga sekarang!

Saya hanya ingin mengungkapkan bahwa dalam materi sejarah yang disuguhkan di sekolah ada kebenaran yang disembunyikan. Hal ini saya sadari ketika saya kuliah. Saya banyak membaca buku sejarah, tapi banyak sejarah yang tidak dituliskan di buku mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Adagium yang diungkapkan oleh Winston Churcill "History has been written by the victors" bahwa sejarah itu ditulis oleh para pemenang nampaknya benar. Maksud adagium ini bahwa yang menulis sejarah itu yang menang dan sudut pandang sang pemenang ini yang menentukan penulis sejarah tersebut.

Kebenaran dan Hak atas Kebenaran

Seorang filsuf Jerman bernama Martin Heidegger berkata bahwa asal muasal dan inti dari makna kebenaran adalah pengungkapan atau membuka apa yang sebelumnya tersembunyi. Tidak semua yang benar terlihat terang-benderang. Ada juga kebenaran-kebenaran yang tersembunyi, disembunyikan, bahkan dihilangkan, sehingga kita perlu melakukan berbagai cara seperti bertemu dengan banyak orang dan pergi ke banyak tempat untuk menemukan kebenaran.

Hak atas kebenaran adalah hak yang dimiliki oleh semua warga negara tanpa terkecuali. Hal ini otomatis menjadi milik semua orang, sama seperti hak-hak lainnya yang harus dipenuhi oleh negara. Hak kebenaran juga menjadi bagian dari hak korban bersama hak atas keadilan, hak atas reparasi pemulihan dan jaminan bahwa pelanggaran hak takan berulang (Fadila Hana, dkk, 2016).

Hak atas kebenaran tidak hanya dimiliki oleh korban dan keluarga dari kasus-kasus pelanggaran hak yang mereka alami, namun juga wajib dipenuhi oleh negara untuk mencari mereka yang hilang dan mengungkapkan informasi kepada keluarganya. Jangan sampai kebenaran itu disembunyikan, dihilangkan seperti kasus Irjen Ferdy Sambo yang membunuh ajudannya, beberapa pekan lalu.

Pelanggaran HAM tahun 1965

Ketika membahas peristiwa G30 S tahun 1965 selalu diuraikan pada pembunuhan enam jendral dan seolah menanamkan kebencian terhadap partai PKI karena PKI menjadi dalang dalam pembunuhan tersebut. Mungkin orang lain juga pernah merasakan yang sama diposisi ini ketika sekolah, bahwa kita selama ini didoktrin untuk benci terhadap PKI bukan ditanampkan dalam jiwa kita arti sebuah kemanusiaan.

Terlepas siapapun yang menjadi dalang dalam peristiwa tersebut, menurut saya ada hal yang lebih penting untuk diungkap yaitu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pasca peristiwa 1965 yang di sekolah tidak pernah dibahas. Mengenai pelanggaran HAM tahun 1965-1966 ini salah satunya diuraikan oleh Yosep Tugio Taher dalam bukunya berjudul "Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia". Yang pasti G30S bukan sekedar tentang PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun