Semenjak bibir Puisi dan Sajak saling memagut kata pada lorong-lorong sunyi
Rindu kian menjadi
Bergelora layaknya gelombang yang tak lelah mencumbui karang
Tahukah kau puan?
Kala waktu memeluk spasi pada tubuh jarak antara Puisi dan Sajak, hari Puisi menjelma hening bening,
Barangkali seperti kata petuah bijak, bahwa
Hari Puisi seperti "sayur tanpa garam".
Aiiissss....
Tawar sayang tawar
Sungguh tawar sekali.
Namun ketika mentari kembali memeluk pagi,
Kemudian mencumbui senja,
Sajak mengusik heningnya Puisi tuk kembali pada pagutan bibir-bibir sunyi
Ahhkkkk.....
Puisi tak tahu lagi bahkan tidak bisa membedakan antara cinta dan rindu.
Dalam kesemogaan pada tubuh doa
Puisi ingin memelukmu amin dalam labirin cinta yang memabukkan, sampai Puisi dan Sajak tak tahu lagi jalan tuk pulang
Sesungguhnya Puisi ingin pulang pada pelukan Sajak
Clausura, Oktober 2020