Mohon tunggu...
Siprianus Bruto
Siprianus Bruto Mohon Tunggu... Lainnya - Memikirkan apa yang akan aku lakukan, dan melakukan apa yang telah aku pikirkan. Pencinta Sastra

Berdomisili di Flores, NTT, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dilema Bayangmu

5 September 2020   17:32 Diperbarui: 28 Januari 2021   21:53 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Kredit foto Nansy Endak

Salam hai puan tak bertuan

Lelah aku mengusir bayangmu dari lembah kenang

Semenjak sapa tumbuh pada halaman batin, mata tak lagi bisa dipejamkan malam

Barangkali tunas aksaranya terlalu merayu lupa

Hingga sulit adalah lorong yang harus aku lalui kini

Sebakul semoga selalu diaminkan dalam doa penuh gelisah

Berharap sapa manja itu adalah canda bukan candu

Sebatas menghiasi waktu jeda agar tak melamun

Sebatas mengusir sepi yang getir, agar tak dilumat hampa pun bosan

Lalu,

Bagaimana kalau berulangkali apel pada ingat?

Mungkinkah sebatas canda seperti katamu?

Ataukah jeda sebentar, lalu tiada?

Barangkali.

Tetapi, aku menyangsikan hadirmu.

Puan tak bertuan 

Sebelum malam melumati bumi

Aku ingin jemariku mencumbui rona pipimu

Sambil merelakan bibir gigil mengecup kupingmu, agar engkau tahu bahwa:

Aku dilema bayangmu.

Clausura, September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun