Gambar: Kredit foto Nansy Endak
Salam hai puan tak bertuan
Lelah aku mengusir bayangmu dari lembah kenang
Semenjak sapa tumbuh pada halaman batin, mata tak lagi bisa dipejamkan malam
Barangkali tunas aksaranya terlalu merayu lupa
Hingga sulit adalah lorong yang harus aku lalui kini
Sebakul semoga selalu diaminkan dalam doa penuh gelisah
Berharap sapa manja itu adalah canda bukan candu
Sebatas menghiasi waktu jeda agar tak melamun
Sebatas mengusir sepi yang getir, agar tak dilumat hampa pun bosan
Lalu,
Bagaimana kalau berulangkali apel pada ingat?
Mungkinkah sebatas canda seperti katamu?
Ataukah jeda sebentar, lalu tiada?
Barangkali.
Tetapi, aku menyangsikan hadirmu.
Puan tak bertuanÂ
Sebelum malam melumati bumi
Aku ingin jemariku mencumbui rona pipimu
Sambil merelakan bibir gigil mengecup kupingmu, agar engkau tahu bahwa:
Aku dilema bayangmu.
Clausura, September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H