Mohon tunggu...
Suara Sangihe
Suara Sangihe Mohon Tunggu... Jurnalis - Lintasutara.com

Warga Perbatasan Indonesia- Filipina

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Suara Sangihe | Marore Perbatasan Terabaikan

1 November 2024   09:38 Diperbarui: 1 November 2024   09:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 79 tahun kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Kepulauan Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Pulau Marore sebagai wilayah perbatasan paling utara, masih menghadapi banyak tantangan dalam mengisi kemerdekaan. 

Meski pemerataan pembangunan dan program Nawacita yang bertujuan membangun dari pinggiran telah dicanangkan, kondisi Marore masih memprihatinkan dibandingkan wilayah perbatasan lain seperti Papua dan Kalimantan.

 Infrastruktur dasar, terutama pelabuhan yang penting untuk pasokan kebutuhan masyarakat, rusak parah, dan jaringan komunikasi sangat terbatas.

Selain infrastruktur, Marore juga menghadapi ancaman keamanan yang tinggi akibat letaknya yang strategis, rentan terhadap kejahatan lintas batas seperti perdagangan gelap dan perikanan ilegal. Namun, fasilitas dan personel keamanan di sana masih minim. 

Penjabat Bupati Sangihe, Albert Huppy Wounde, mengungkapkan bahwa Marore seperti "dianaktirikan" meskipun posisinya strategis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun