Menyandang status sebagai mahasiswa memang membuncahkan rasa bangga. Coba simak titel yang wah ini: agent of change, agent of social, dan agent of control.
Bolehlah kita menikmati perasaan hiperbolik dengan istilah-istilah yang melekat pada diri selaku mahasiswa. Merasa menjadi agen perubahan, mungkin sebelas-dua belas jika kita membayangkan diri sebagai seorang hero, anggota tim Avengers misalnya he-he-he.
Terlebih, rasa yang membuncah itu kita alami juga jika terlibat dalam kegiatan kampus terutama organisasi intra dan ekstra kampus seperti BEM atau perhimpunan mahasiswa sesuai daerah asal maupun organisasi mahasiswa berbasis keagamaan.
Nah, untuk kamu yang memang pernah mengikuti derasnya arus organisasi, mungkin (atau pasti) pernah mengalami hal-hal seperti ini.
1. Kampus jadi rumah kedua
Kamu para aktivis akan menjadikan kampus sebagai rumah kedua. Sekretariat organisasi akan menjadi kamar kedua. Kadang rapat, kajian atau diskusi bisa lupa waktu sampai pagi pun dijabanin, pilihan terakhir mau tidak mau menginap di kampus.
2. Tiada hari tanpa rapat
Rapat ternyata tidak berlaku buat para anggota legislatif aja loh. Para aktivis pun ternyata sudah biasa dengan rapat yang waktunya tidak cukup sejam atau dua jam, bisa sampai belasan jam. Maklum sisi idealisme mahasiswa masih terpatri, sehingga pembahasan pun akan semakin lama.
3. Aksi demonstrasi
Kalau aktivis belum nyicipin demonstrasi kurang greget, katanya. Mahasiswa tidak lepas dari yang namanya demonstrasi. Setelah meloby sana dan sini, nyatanya demo menjadi jalan terakhir untuk menyuarakan aspirasi. Yaah begitulah aktivisÂ
4. Cekcok dengan orang rumah