Pontianak (06/07/24)-Hari Zoonosis Sedunia di tetapkan pada tanggal 6 juli, hari yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit zoonosis. Penyakit-penyakit ini, yang ditularkan antara hewan dan manusia atau sebaliknya, memiliki implikasi signifikan bagi kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan lingkungan. Hari Zoonosis Sedunia menyoroti pentingnya penelitian, pencegahan, dan kolaborasi dalam menanggulangi penyakit ini.
Sejarah Zoonosis = Vaksin Rabies
Hari Zoonosis Sedunia diperingati untuk mengapresiasi karya ahli biologi asal Perancis Louis Pasteur, yang berhasil memberikan vaksin rabies pertama kepada seorang anak kecil Joseph Meister pada tanggal 6 Juli 1885. Pencapaian terobosan ini menandai tonggak sejarah yang signifikan dalam ilmu kedokteran hewan dan kesehatan masyarakat, serta menunjukkan potensi untuk mengendalikan dan mencegah penyakit zoonosis melalui vaksinasi dan inovasi ilmiah.
Penyakit zoonosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Menurut WHO penyakit zoonosis mencakup sekitar 60% dari seluruh penyakit menular pada manusia dan lebih dari 75% penyakit menular baru. Contoh penyakit zoonosis termasuk rabies, penyakit Leptopspirosis, Antrax, Flu Burung, Dirofilariasis, Japanese Enchepalitis (JE), Babesiosis, Lyme, Ebola, SARS, dan yang terbaru COVID-19. Penyakit-penyakit ini dapat mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, perekonomian, dan penghidupan.
Bagaimana Kasus Zoonosis di Kalimantan Barat
Kasus Zoonosis di Kalimantan Barat dalam 10 Tahun terakhir yaitu Rabies, penyakit anjing gila menurut data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat sepanjang Januari hingga Juni 2024, terdapat 3.075 kasus gigitan hewan rabies, dan tingkat kematian mencapai 5 Orang. Adapun kasus kematian akibat gigitan anjing tertinggi di Kabupaten Landak sejumlah 3 orang, Mempawah 1 Orang, dan Sanggau 1 Orang. Sedangkan Tahun 2023 jumlah kasus gigitan 6.970 kasus GHPR dengan kematian sejumalh 16 Orang.
Tidak hanya rabies beberapa kasus zoonosis juga ditemukan di Kalimantan Barat, Salah satunya Leptospirosis. Leptospirosis merupakan penyakit menular yang ditularkan melalui eksresi atau urin tikus yang mengomintasi air, barang dan vector lainnya. Diketahui dari beberapa surveilens di Kalimantan Barat, leptospirosis Ketika di uji laboratorium masih terkonfirmasi membawa bakteri leptospira di hewan pembawanya yaitu tikus.
Dirofilariasis, atau cacing jantung merupakan penyakit menular dari hewan kemanusia. Cacing jantung di Kalimantan Barat merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai di Kota Pontianak. Menurut drh. Maulid Dio Suhendro setidaknya 75 Kasus Positif Dirofilaria immitis pada anjing selama periode tahun 2020-2024 di Kota Pontianak.
Sedangkan Penyakit Flu Burung di Kalimantan Barat, Tahun 2023 ditemukan flu burung dengan clade 2.3.4.4b di Kabupaten Sambas. Clade tersebut merupakan clade terbaru yang pertama kalinya ditemukan di Banjarmasin Kalimantan Selatan.