Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Menjelajahi Kelenteng di Surabaya

4 Desember 2017   15:52 Diperbarui: 4 Desember 2017   16:00 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kelenteng Hong Tik Hian

Saya sendiri memperhatikan simbol -- simbol yang ada disana. Selain didominasi warna merah, juga kuning, terdapat banyak ornamen naga, yang dipercaya merupakan hewan suci yang dapat terbang. Juga banyaknya lilin -- lilin dimana mempunyai lingkar yang betul -- betul besar, dengan aksara Tiongkok.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Dinding yang saya lihat juga memiliki gambar -- gambar yang tertuang di dinding. Ada gambar Nirwana, sebagai tempat suci yang akan dituju setelah manusia menghadapi kematian.

Saya juga berusaha memperhatikan orang yang  berada disana untuk mengucapkan doa. Pertama membakar dupa, menaruh hio di tangan, kemudian membaca doa, dan menaruh hio tersebut di kepala,  lalu menancapkan pada sebuah benda logam yang mungkin terbuat dari kuningan dan tembaga, yang sangat mungkin saja berusia ratusan tahun.

Ritual yang saya rasa sangat khusus, dari orang yang terbiasa berkonsentrasi, padahal ada sekitar 40 -- 50 anak sedang mendengarkan pesan-pesan persatuan dari pengurus  kelenteng.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Selain itu kelenteng ini mempunyai unsur Tridharma, dimana ada agama Budha, Tao, serta Konghuchu dapat berdoa dan menghaturkan persembahan disana. Terjadi kejadian unik salah seorang teman kami pingsan disana. Selain karena kondisinya yang lemas, hal yang saya rasa adalah penyebabnya adalah sirkulasi udara yang kurang lancar. 

Selain ruangan yang gelap pada siang hari, asap dari pembakaran Hio yang sangat banyak saat ramai orang juga menyebabkan orang sulit menarik nafas dengan jernih pada ruangan bawah.

Setelah waktu menunjukan pukul 12.00, kami tertarik untuk pergi ke bawah. Ternyata disana  terjadi pertunjukan wayang yang menampilkan cerita cerita yang erat kaitannya dengan sejarah Tiongkok, seperti Sam Kok (Dongeng Tiga Kerajaan). Pengurus juga bercerita bahwa pertunjukan ini sudah berlangsung lama. 

Saya berusaha memahami bahwa wayang Pho Tee Hi ini berasal dari akulturasi budaya Tiongkok dan Indonesia pada zaman dahulu. Ternyata kesenian ini sudah lama dan berasal dari daratan Tiongkok dari Dinasti Jin dan berkembang pada Dinasti Song.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Setelah dari sana, kami bersama -- sama melanjutkan kunjungan kami ke tempat kelenteng selanjutnya yakni Kelenteng Boen Bio. Kelenteng Boen Bio ini berjarak cukup jauh dari kelenteng kami yang pertama. Hampir 30 menit kami berjalan kaki diantara kedua kelenteng ini. Kelenteng kedua ini terletak di jalan Kapasan  nomor 131. 

Kelenteng ini ruangan utamanya hanya 1 ruang besar di depan. Ruang besar ini terdapat kursi -- kursi panjang untuk melepas lelah. Kami pun duduk dan menunggui sebagian kawan kami yang menuaikan ibadah sholat. Setelah itu, pengurus kelenteng  memberikan penjelasan tentang  Kelenteng Konghuchu Boen Bio.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Kelenteng ini dibangun pada tahun 1903 dan selesai pada tahun 1906, merupakan miniatur dari sebuah Kelenteng Klenmyou di Tiongkok. Arsitekturnya berasal dar Tiongkok. 4 pilar merupakan simbol yang menunjukan  spirit bahwa  semua manusia bersaudara. Terdapat 5 pintu yang menjelaskan sbuah ajaran Konghuchu, yang menandakan 5 hubungan sosial kemasyarakatan yakni Orang Tua, Kakak Adik, Suami Istri, Pertemanan, Pemimpin dan Bawahan. 

Agama Konghuchu sendiri kurang lebih sudah 5000 tahun berada di dunia ini. Konfusius menjadi nabi terakhirnya. Mereka mempunyai Tepak Salira kepada masyarakat yang kata -- katanya menjadi Golden Rule di Perserikatan Bangsa -- Bangsa yakni "DO INTO OTHERS AS YOU WOULD HAVE THEM DO INTO YOU". Juga terdapat 4 pantangan, yakni yang asusila jangan dilihat, didengar, dibenarkan, dilakukan."

Selain itu simbol -- simbol lain yang terdapat adalah pada bagian altar antara lain 2 simbol minyak yakni melambangkan Yin dan Yang. Lampion melambangkan harapan  dan dinyalakan oleh umat. Dinyalakan setiap setahun sekali.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Bangunan kelenteng ini juga apabila ingin dilakukan pemugaran setiap setahun sekali, harus dengan izin tertulis karena sudah menjadi bangunan cagar budaya dan melalui dinas pariwisata. Kelenteng ini juga berperan aktif pada masa perjuangan dengan menyembunyikan beberapa pejuang, bahkan pernah dijatuhi bom oleh pihak Sekutu. Tetapi bangunan utama selamat dari hujan bom.

Diceritakan pula orang Wei De Dong Tian, pengurus kelenteng tadi, setiap tahun, kelenteng ini mengadakan pembagian sembako untuk 4000 warga yang kurang beruntung, juga diadakan acara pewayangan sehari sebelum kelahiran Nabi Kungze. 4 arah mata angin adalah Utara (karir, pengetahuan), sedangkan selatan unsurnya adalah terang atau pencerahan. Sisi Timur Naga Hijau sedangkan sisi Barat adalah Macan Putih.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Apabila bangunan ini dilihat dari atas, maka bentuknya adalah seperti kura -- kura. Kura -- kura melambangkan panjangnya usia. Diterangkan pula, merah adalah simbol kebahagiaan, kerukunan sedangkan warna kuning melambangkan kemuliaan juga kesetiaan. Menarik juga saat dibahas soal Feng Shui, yakni ilmu yang mempelajari energi alam dan diterapkan pada bangunan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun