Saya sendiri memperhatikan simbol -- simbol yang ada disana. Selain didominasi warna merah, juga kuning, terdapat banyak ornamen naga, yang dipercaya merupakan hewan suci yang dapat terbang. Juga banyaknya lilin -- lilin dimana mempunyai lingkar yang betul -- betul besar, dengan aksara Tiongkok.
Saya juga berusaha memperhatikan orang yang  berada disana untuk mengucapkan doa. Pertama membakar dupa, menaruh hio di tangan, kemudian membaca doa, dan menaruh hio tersebut di kepala,  lalu menancapkan pada sebuah benda logam yang mungkin terbuat dari kuningan dan tembaga, yang sangat mungkin saja berusia ratusan tahun.
Ritual yang saya rasa sangat khusus, dari orang yang terbiasa berkonsentrasi, padahal ada sekitar 40 -- 50 anak sedang mendengarkan pesan-pesan persatuan dari pengurus  kelenteng.
Selain ruangan yang gelap pada siang hari, asap dari pembakaran Hio yang sangat banyak saat ramai orang juga menyebabkan orang sulit menarik nafas dengan jernih pada ruangan bawah.
Setelah waktu menunjukan pukul 12.00, kami tertarik untuk pergi ke bawah. Ternyata disana  terjadi pertunjukan wayang yang menampilkan cerita cerita yang erat kaitannya dengan sejarah Tiongkok, seperti Sam Kok (Dongeng Tiga Kerajaan). Pengurus juga bercerita bahwa pertunjukan ini sudah berlangsung lama.Â
Saya berusaha memahami bahwa wayang Pho Tee Hi ini berasal dari akulturasi budaya Tiongkok dan Indonesia pada zaman dahulu. Ternyata kesenian ini sudah lama dan berasal dari daratan Tiongkok dari Dinasti Jin dan berkembang pada Dinasti Song.
Kelenteng ini ruangan utamanya hanya 1 ruang besar di depan. Ruang besar ini terdapat kursi -- kursi panjang untuk melepas lelah. Kami pun duduk dan menunggui sebagian kawan kami yang menuaikan ibadah sholat. Setelah itu, pengurus kelenteng  memberikan penjelasan tentang  Kelenteng Konghuchu Boen Bio.
Agama Konghuchu sendiri kurang lebih sudah 5000 tahun berada di dunia ini. Konfusius menjadi nabi terakhirnya. Mereka mempunyai Tepak Salira kepada masyarakat yang kata -- katanya menjadi Golden Rule di Perserikatan Bangsa -- Bangsa yakni "DO INTO OTHERS AS YOU WOULD HAVE THEM DO INTO YOU". Juga terdapat 4 pantangan, yakni yang asusila jangan dilihat, didengar, dibenarkan, dilakukan."
Selain itu simbol -- simbol lain yang terdapat adalah pada bagian altar antara lain 2 simbol minyak yakni melambangkan Yin dan Yang. Lampion melambangkan harapan  dan dinyalakan oleh umat. Dinyalakan setiap setahun sekali.
Diceritakan pula orang Wei De Dong Tian, pengurus kelenteng tadi, setiap tahun, kelenteng ini mengadakan pembagian sembako untuk 4000 warga yang kurang beruntung, juga diadakan acara pewayangan sehari sebelum kelahiran Nabi Kungze. 4 arah mata angin adalah Utara (karir, pengetahuan), sedangkan selatan unsurnya adalah terang atau pencerahan. Sisi Timur Naga Hijau sedangkan sisi Barat adalah Macan Putih.