KMP dan Politik Dagang ala VOC Belanda

Peninggalan atau warisan dari Belanda yang paling kekal ialah, Devide et impera (Politik adu domba). Mulai dari jaman kemerdekaan (orde lama) , pembangunan (orde baru) sampai dengan jaman reformasi, sepertinya cara politik seperti itu terus bertahan dan dipertahankan entah sampai kapan? , lantaran suka atau tidak suka, tetap saja harus mau mengakui bahwa semua itu realita yang terjadi selama ini dikancah politik nasional.

Politik adu domba pada awalnya merupakan strategi untuk memecah belah kekuatan Nusantara, yaitu dengan cara merekrut kelompok pribumi demi melawan kelompok pribumi yang lain. Dan hebatnya sampai dengan sekarang hal itu terus menerus dipertahankan. Seolah - olah strategi politik itu menjadi karakter abadi yang melekat di Republik Indonesia!

Jika bercermin pada sejarah versi umum, yaitu penjajahan Belanda selama 350 tahun. Maka sudah pasti apa yang menjadi penerapan sifat - sifat penjajah tidak begitu saja luntur atau bahkan menghilang. Karena telah mendarah daging kedalam politik Indonesia sampai dengan sekarang, bahkan bisa dibilang telah menjadi kebudayaan turun-temurun.  Dan sungguh sangat memprihatinkan peninggalan belanda tersebut, masih dilestarikan oleh elit-elit politik  dengan penuh kebanggan dan kebahagiaan!

Seandainya jika sekedar beda pemikiran, maka semua itu pasti terjadi di banyak negara lain juga. Sekalipun negara-negara yang memiliki gelar Negara maju. Akan tetapi meski beda pemikiran, mereka tetap berpegang teguh pada kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan rakyatnya! Sedangkan di Indonesia bukan sekedar beda pikiran, melainkan sudah beda motif dan tujuan, sehingga kurang memperdulikan rakyat secara global. Melainkan bagaimana caranya menjegal dan menjatuhkan kubu lain, demi kemajuan kelompok / golongannya sendiri!

Mungkin mayoritas negara di dunia sering mentertawakan Indonesia, karena meski merdeka secara fisik, tapi secara pola pikir, tingkah laku dan kepribadian masih mempertahankan doktrin - doktrin yang diterapkan Belanda. Karena Belanda hanya punya 3 tujuan kepada Nusantara yaitu, Kebodohan, kemiskinan , dan adu domba sesama pribumi selama - lamanya!

Dan ada satu lagi budaya Belanda yang masih terpelihara dan dilestarikan sampai dengan sekarang yaitu , suap atau penyuapan kepada kepala daerah. Jika bahasa jaman dahulunya ialah upeti kepada penguasa untuk sebuah kelancaran dan lain sebagainya. Karena pada jaman penjajahan, sudah biasa jika para raja - raja kecil mendapatkan jatah dari penjajah. Agar mereka (Belanda) bisa dengan leluasa mengeruk sumber daya alam dan mendapatkan perlindungan dari penguasa lokal!

Ambil contoh sederhana ialah Provinsi Riau, yang menurut data akurat merupakan provinsi paling kaya di Indonesia, dengan perhitungan kaya minyak dari bawah bumi ( migas ) sampai dengan atas bumi ( sawit dsbnya). bahkan beberapa pengamat berasumsi bahwa kekayaan Riau bisa mengalahkan Papua ( tambang emas ). Seandainya Riau menjadi negara sendiri, dan sumber daya alamnya untuk kemajuan Riau, maka bisa dipastikan menjadi negara kaya raya!   Akan tetapi fakta dilapangan berkata lain, yaitu 3 gubernurnya hattrick korupsi, sedangkan masyarakatnya banyak hidup dalam kemiskinan, serta tingkat pendidikan yang masih rendah.

Jika contoh globalnya ialah, 300 lebih kepala daerah beserta 3000 lebih anggota dewan terjerat suap ( korupsi ) selama KPK berdiri. Berarti tidak berlebihan jika seandainya saya sebut suap - menyuap merupakan tradisi dan kebudayaan upeti yang diterapkan Belanda dijaman penjajahan, demi kelancaran dan kelanggengan mengeruk sumber daya alam Indonesia!

HASYIM DAN ARB ( KMP) IALAH PENJELMAAN DARI VOC BELANDA

Belanda ialah penjajah yang memiliki tipikal pedagang / pengusaha khususnya VOC. Yang hebatnya mereka bermodal tangan kosong tapi bisa mengeruk keuntungan yang sebesar- besarnya dari Nusantara. Apa bedanya dengan para pengusaha - pengusaha kotor jaman sekarang, khususnya Investor nakal luar negeri. Dengan modal investasi 1 juta dollar, maka dapat keuntungan 100 juta dollar. Dengan hasil yang memuaskan seperti itu, mereka tinggal ambil langkah pergi dengan melakukan / mengatakan pailit. Sebagaimana ketika VOC berhasil mengeruk kekayaan Indonesia, lalu dengan mudah mengatakan bangkrut?.  Mungkin harta karun VOC diambil mahluk gaib

Sekarang mari kita hubungkan VOC jaman Belanda dengan kondisi politik sekarang ( maaf jika sedikit berlebihan) yaitu, Hasyim dan ARB sudah sangat jelas merupakan pengusaha. Yang dimana memiliki prinsip paling mendasar untung - rugi, dengan modal yang sangat besar mencapai trilyunan membangun partai ( Hasyim ), dan mengembangkan jaringan koneksi ke semua DPD partai ( ARB ). Maka apakah tujuan utama mereka berdua ?. Apakah dengan begitu saja menerima kekalahan pilpres, kemudian mengikhlaskan trilyunan demi bangsa dan negara ?. Tentu saja tidak, pastinya harus berusaha balik modal dan  mendapatkan keuntungan.

Misalkan dengan mereka menguasai parlemen, maka tidak menutup kemungkinan ada transaksi kebijakan. Hanya saja ada satu halangan besar, posisi pemerintah terlalu kuat/seimbang dengan parlemen. Maka hanya ada dua cara, memakzulkan Jokowi atau bahkan merangkul Jokowi dengan deal - deal kebijakan. Misalkan program- program Jokowi di dukung parlemen KMP, dan Jokowi pun harus berkenan mengakomodir kebijakan yang notebene menguntungkan mereka dalam bisnis! Misalkan isu BBM dibulan November, maka dipastikan Jokowi - JK tidak akan mudah mendapatkan persetujuan mayoritas parlemen. Kecuali jika berhasil kompromi "MEJA MAKAN"

Saya agak sedikit berbeda pandangan tentang Prabowo, menurut saya dia hanyalah diperalat oleh adiknya ( Hasyim ). Lantaran sangat jelas dalam sejarah Prabowo, yang asalnya terasing di negara lain. Kemudian diajarkan berbisnis dan dikembangkan bisnisnya oleh adiknya tersebut. Sehingga jasa Hasyim sangat kuat melekat kepada Prabowo! Sedangkan ARB tidak diragukan lagi memegang kontrol hampir seluruh DPD Golkar, maka tidak mungkin jika seluruh DPD tersebut manggut - manggut jika tidak kenyang oleh upeti dari ARB. Sedangkan pemain bayangan ketiga ( bagaikan kentut, baunya terasa tapi tidak kelihatan ) yaitu SBY dengan 2 kekuatan besar Demokrat dan PAN ( besan dari Hatta ). Dan perlu sebagai catatan penting, SBY sangat besar dan dibesarkan dari dukungan  para pengusaha! Sedangkan untuk PKS, mereka tidak lebih dari benalu / parasit di NKRI

Saya beri gambaran, KMP tidak bergeming dan bahkan angkuh ketika banyak masyarakat bergejolak, akan tetapi saat pasar saham dan investor mulai bersuara negatif. Maka KMP mulai sedikit banyak memperhalus sikap dan tingkah laku kepada Jokowi! Semoga cukup memperkuat argumen saya bahwa mereka berwatak VOC Belanda, yang memilki karakter penjajah ekonomi Indonesia, dengan menunggangi politik Nasional!

Akan tetapi yang sangat disayangkan ialah, banyak rakyat pendukung KMP yang dicekoki isu SARA. Misalkan tentang isu bahwa Jokowi dan kelompok Indonesia hebat dibekingi komunis,non muslim dan lain sebagainya. Sehingga isu - isu agama merupakan dagangan kampanye paling laris sepanjang perpolitikan Indonesia! Padahal jika dipikir secara jernih, seandainya ada kelompok komunis di Indonesia, pastinya TNI dan segenap rakyat Indonesia akan bertindak dan membumihanguskan, mereka. Bahkan seandainya saya pendukung KMP pasti merasa malu, melihat SDA yang merupakan menteri agama melakukan korupsi ibadah haji, belum lagi elit-elit yang lainnya yang diindikasi terlibat.

Kemudian berbicara tentang anti asing dan harus berjiwa nasionalis total. Jika memang demikian, maka janganlah memakai seluruh mobil,handphone,laptop,baju,sepatu,makanan, dan lain sebagainya yang murni buatan asing dan berbau import. Bahkan bila perlu saking nasionalisnya menurut versi KMP ialah bagaikan negara korea utara!  pembodohan paling besar yang berbicara anti asing, Seolah - olah Indonesia bisa dengan mudah membalikkan telapak tangan, dengan berdiri di kaki sendiri. Jika tentang saham - saham yang banyak dikuasai negara asing, dikarenakan banyaknya elit politik oportunis dan yang memiliki kekuasaan bermain kepentingan demi pribadi dan kelompoknya. sehingga merugikan bangsa dan negara!

sedangkan untuk kasus transjakarta yang sering didengungkan sampai saat ini. Saya punya permisalan jika bawahan melakukan korupsi, berarti dipukul rata bahwa atasan juga menikmati. Artinya jika terjadi korupsi di tubuh Polri, maka Kapolri tanggung jawab, korupsi di departemen pajak maka kepalanya juga tanggung jawab, bahkan seluruh korupsi di Republik Indonesia, berarti Presiden juga harus tanggung jawab! Entah logika apa yang dipakai para pendukung KMP, padahal kejaksaan telah menyatakan berkali-kali bahwa Jokowi tidak terlibat. yang dimana kejaksaan dibawah SBY yang notebene kelompok KMP. Sehingga ada pepatah yang tepat yaitu, semut diseberang lautan terlihat, tapi gajah dipelupuk mata pura-pura tidak melihat.

Ada kutipan kalimat dari Prabowo yang mungkin keceplosan saat kampanye, yang dimana sampai detik ini masih teringat kuat. Bahkan sepertinya akan selamanya diingat oleh saya yaitu, " UNTUK MENGUASAI INDONESIA SANGAT MUDAH, BELI SAJA PARTAI-PARTAI YANG ADA. terbukti seluruh partai KMP bisa dibeli dan menguasai parlemen Republik Indonesia! Dan jika bicara jual - beli, berarti identik dengan pengusaha. Maka semoga sangat jelas dan menjelaskan bahwa Indonesia tidak lebih bagaikan barang dagangan dimata KMP, sedangkan pedagang/pengusaha memiliki azas mencari keuntungan pribadi dan atau kelompoknya.

Cukup sudah Rakyat Indonesia dipecah belah oleh isu - isu SARA dan total nasionalis oleh KMP, karena tidak lain dan tidak bukan, mereka hanyalah para pedagang/pengusaha kotor yang menghalalkan segala cara. Sebagaimana VOC Belanda menerapkan taktik tersebut selama ratusan tahun lamanya di Nusantara!