Mohon tunggu...
Suang Sitanggang
Suang Sitanggang Mohon Tunggu... profesional -

Lebih baik diasingkan daripada hidup dalam kemunafikan-- gie..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lokalisasi di Jambi Itu Bernama Pucuk

12 November 2013   21:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:15 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pemilihan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi di Pucuk Juni 2013

|Suang Sitanggang|12 Nov 2013|

PUCUK. Begitu orang menamai sebuah tempat di tengah Kota Jambi yang menjadi sasaran lelaki hidung belang. Tempat ini hanya berjarak sekitar 3 kilometer saja dari Kantor Gubernur Jambi, mungkin sekitar 5 kilometer dari Kantor Wali Kota Jambi. Lokasi administratifnya berada di Kelurahan Rawasari. [caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Suasana pemilihan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi di Pucuk Juni 2013 "][/caption] Entah siapa yang membuat sebutan 'pucuk' untuk tempat yang sesungguhnya bernama Payo Sigadung itu. Nama itu sudah melekat puluhan tahun. Namun yang jelas, nama Pucuk begitu terkenal di Provinsi Jambi. Bahkan, orang di luar Provinsi Jambi pun tak sedikit yang mengetahui nama dan lokasi ini. Di tempat ini, berdiri puluhan rumah yang merangkap sebagai cafe dan karaoke. Mungkin ada seratusan jumlahnya. Hampir di setiap rumah ada pelayan seksi yang masih muda, mulai dari belasan hingga 20-an tahun. Ada beberapa yang sudah senior, umurnya sudah diatas 30 tahun. Pelayan seksi itu tak hanya melayani orang saat minum, biasanya alkohol, dan memandu karaoke saja. Bisa dibilang, melayani minum dan berkaraoke ria itu hanya pekerjaan kecilnya saja. Pekerjaan utamanya adalah melayani tamu di ruangan, memberikan kepuasan seksual terhadap tamu tersebut. Mereka yang jadi pelayan di cafe itu bukan masyarakat Jambi. Umumnya berasal dari daerah Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, Lampung, dan Sumatera Selatan. Hanya sebagian kecil yang berasal dari daerah yang disebut itu. Mereka bekerja sore hingga subuh, dan istirahat dikala pagi hingga siang. Di tengah malam yang begitu dingin, para pelayan itu tetap mengenakan pakaian seksi. Celananya pendek, tak sampai setengah paha. Baju yang dikenakan pun begitu minim dan ketat. Kesan seksi benar-benar mereka tampilkan demi menarik perhatian lelaki pencari kepuasan yang datang ke sana. Tak hanya itu, mereka pun biasanya langsung menyapa pria yang lewat, sok kenal sok dekat. "Ayo, mampir dong sayang," begitu kalimat yang biasa keluar dari mulut mereka yang bibirnya selalu berlapis lipstik. Kata-kata itu mereka sampaikan dengan sangat mesra, bagaikan orang yang sedang kasmaran. Bagaimana saat sudah masuk ke dalam cafe? Tak perlu pendekatan kepada mereka, sebab mereka yang akan langsung pendekatan dengan tamu. Mereka membawa minuman yang dipesan tamunya, kemudian menuangkan minuman ke dalam gelas, dilanjutkan meminumkannya kepada tamu. Bila melihat tamu hendak merokok, pelayan seksi itu akan langsung mengambil korek dan menyalakannya. Begitulah kesan yang dirasakan seorang teman yang kerap mengunjungi lokalisasi tersebut. Jumlah pelayan seksi yang ada di sana, yang merangkap pemuas nafsu lelaki hidung belang berjumlah ratusan. Satu cafe bisa mempunyai dua hingga enam pelayan. Bahkan ada yang sampai memiliki belasan. Mereka harus siap kontes untuk dipilih pria yang datang kesana. Pria akan memilih yang sesuai seleranya. Para pelayan itu tidak bisa memilih pria yang datang. Mereka hanya bisa memilih pria saat pemilihan tiba. Mereka bisa mencoblos pria yang diidam-idamkannya menjadi kepala daerah, kepala negara, atau juga perwakilannya di legislatif. Itulah saatnya mereka yang biasa dicoblos itu mencoblos lelaki. Menurut penuturan seorang yang sudah beberapa tahun kerap mengunjungi tempat ini, jumlah pengunjung semakin lama semakin sedikit. Dikatakannya, pengunjung sangat banyak manakala praktik illegal logging masih marak di Jambi. Para pekerja illegal logging itu biasanya mengunjungi tempat itu saat gajian hari Sabtu. Selain itu, masa Pucuk ramai dikunjungi adalah pada saat harga sawit dan getah karet mahal. Banyak yang berpenghasilan dari sektor perkebunan itu menghambur-hamburkan uangnya di surga Jambi itu. Mereka seolah-olah ingin melupakan sejenak kepenatan hidup, dan mendapatkan pendamping yang seksi dan muda. Kini, lokalisasi yang bernama Pucuk itu sedang digeber-geber pemerintah. Sedang gencar upaya dari Pemkot Jambi yang didukung Pemprov Jambi menghapuskan lokasi prostitusi kelas rendahan itu. Entah niat itu benar-benar ingin menghapuskan lokalisasi, atau hanya sebuah gertakan sambal. Kita tunggu saja. (*) silahkan kelanjutannya dan tulisan lainnya di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun