Provinsi Jambi merupakan satu diantara daerah kaya di Indonesia. Puluhan perusahaan perkebunan kelapa sawit berinvestasi di daerah yang memiliki slogan sepucuk jambi sembilan lurah itu. Pemerintah juga telah memberikan penguasaan hutan kepada beberapa perusahaan, yang menanami kawasan hutan tanaman industri dengan tanaman akasia dan equaliptus, sebagai bahan baku untuk pabrik pulp.
[caption id="attachment_151367" align="alignright" width="300" caption="FOTO: TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG"][/caption]
Selain itu, Â banyak juga ditemui perusahaan pertambangan yang bergerak dibidang eksploitasi minyak, gas, dan batu bara. Perusahaan-perusahaan itu tersebar di beberapa Kabupaten, diantaranya Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat, dan beberapa kabupaten lainnya.
Kehadiran perusahaan itu tak jarang menimbulkan konflik dengan masyarakat. Konflik yang umum terjadi adalah sengketa lahan. Warga menuding perusahaan telah melakukan penyerobotan lahan warga, atau perusahaan menuding warga telah melakukan perambahan di daerah yang diizinkan pemerintah kepadanya.
Munculnya konflik lahan itu sudah terjadi dalam satu dekade terakhir. Berbagai upaya penyelesaian yang dilakukan, baik yang dimediasi oleh LSM maupun pemerintah, tidak pernah mendatangkan hasil yang membuat suasana menjadi aman dan damai. Konflik terus terjadi hingga akhirnya semakin berlarut-larut, dan menjadi benang kusut yang sulit terurai.
Korban konflik selama ini adalah warga atau petani. Tidak sedikit lagi petani yang  masuk sel akibat sengketa itu, dan bahkan ada yang sampai meninggal dunia terkena peluru. Tak sedikit juga harta benda petani yang hangus sebagai ekses dari konflik, seperti pemberangusan pemukiman warga di Dusun Sungai Beruang, yang dihancurkan menggunakan alat berat sebuah perusahaan perkebunan.
Persoalan itu hingga kini masih terus terjadi. Sebulan terakhir, ada beberapa gerakan yang cukup besar yang dilakukan oleh petani dan penduduk lokal. Upaya tersebut seperti aksi menginap di Gedung DPR RI di Jakarta, dan pendudukan lahan yang dilakukan di Kelurahan Senyerang, Kabupaten Tanjab Barat.
Dalam setiap konflik, yang kerap terjadi adalah benturan antara petani dengan aparat keamanan. Tak sedikit peluru yang sudah dilepaskan aparat untuk menghalau aksi petani." Aparat" memang selama ini kerap menjadi bagian terdepan dalam pengamanan di sejumlah perusahaan.
Waktu terus berputar, dan konflik tak kunjung berakhir. Sebuah kasus, atau lebih tepatnya tragedi, yang terjadi di Mesuji, Lampung, cukup menyedihkan. Potensi terjadinya kasus yang sama, yang berakhir dengan hilangnya nyawa, juga berpotensi terjadi di Provinsi Jambi. Langkah cepat, tepat, dan konkrit kini ditunggu warga dan pemerhati sosial.
Hingga akhir Desember ini, belum terdengar langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan serta aparat keamanan untuk menjamin tidak Jambi tidak menjadi Mesuji II. Padahal, saat ini bom waktu sudah terpasang, dan sudah siap meledak. Semoga saja bom waktu itu bisa dijinakkan, agar Jambi tidak jadi Mesuji II.
Suang Sitanggang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H