Ulurkan Tanganmu
Dira dan Diana adalah dua bersaudara. Sejak kecil, mereka dibesarkan oleh orang tua mereka bersama-sama di suatu desa kecil di tepian pantai yang permai. Setelah dewasa, takdir membuat nasib mereka berbeda. Dira dipersunting oleh seorang saudagar kaya raya dan kini tinggal di kota. Sementara Diana kini hanyalah seorang janda dan seorang nelayan desa yang miskin. Dia tinggal di rumah reot peninggalan suaminya bersama dua orang anaknya yang masih kecil.
" Kakak, tolong saya diberi sejumput beras untuk makan anak-anak," pinta Diana suatu ketika pada Dira. " Kasian mereka, sudah dua hari ini belum makan."
Namun, di luar dugaannya, Dira marah besar dang menghardiknya, "Enak saja minta! Memangnya, rumah saya gudang beras dan makanan! Sana cari sendiri di jalanan! Bukankah kamu masih memiliki sepasang kaki dan tangan! Kalau kuberikan padamu, apa kami harus makan pasi?"
Diana pun kembali kerumah reotnya dengan hati yang luka. Tak lama setelah itu, suami Dira pulang dari kerja, segera dia menuju meja makan dan alangkah terkejutnya ketika semua hidangan yang ada berubah menjadi batu dan pasir. Akan tetapi, sebelum dia meminta penjelasan pada istrinya, pembantunya menjelaskan perihal kejadian yang baru saja terjadi.
"Astaghfirullah!" pekiknya.
Maka, tanpa pikir panjang, saudagar itu pun segera menuju rumah Diana dengan membawa sekarung beras dan nasi bungkus yang dibelinya di jalan. Ketika sampai di sana, dia mendapati dua anak kecil Diana baru saja menghembuskan nafasnya yang terakhir sementara Diana khusyuk, tenggelam dalam do'a.
"Diana, ini kami bawakan makanan untukmu," kata si saudagar.
Sementara Dira tak bisa menahan isak tangisnya, "Maafkan saya Diana. Ayo, makanlah," katanya.
"Terima kasih, tetapi saya tak berhasrat lagi dnegan makanan dunia. Tuhan telah menyiapkan untukku dan dua anakku makanan yang lebih baik di sana, di singgasana-Nya." Kata Diana dengan suara yang sangat lirih.
Sesaat setelah mengatakan itu, Diana jatuh terkulai dan tak bangun lagi untuk selama-lamanya. Pecahlah, tangis Dira, menyesali kekeliruan dan keterlenaannya pada harta sehingga rela menyisihkan adiknya sendiri.
"Tak ada seorang pun yang bisa hidup di dunia ini tanpa memerlukan bantuan atau uluran tangan orang lain. Maka, kepada mereka yang memerlukan bantuan, jika kita bisa, segera ulurkan tangan kita tanpa perlu menunda-nunda karena itulah amalan yang utama. Kita harus menyadari bahwa rezeki yang diberikan Alloh pada kita tak lain adalah amanat-Nya. Suatu ketika, kita perlu menyampaikan amanat-Nya itu pada mereka yang membutuhkan. Mari kita berupaya agar mata hati kita tak disilaukan oleh harta."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H