Mohon tunggu...
Suaib Napir
Suaib Napir Mohon Tunggu... -

Direktur Mars Institute

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemuda Indonesia Masih "Dipersimpangan"

14 Mei 2018   05:57 Diperbarui: 14 Mei 2018   11:34 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muncullah krisis nilai-nilai kepemudaan pada tingkat lokal yang berakibat pada krisis kepemudaan nasional. Untuk membangun kembali karakter pemuda yang kuat dan tangguh, maka dilakukan penangan sejak dini untuk menanamkan nilai-nilai adat/budaya para leluhur sebagai karakter dasar pemuda masa kini dalam menyongsong kehormatan pemuda masa depan Indonesia.

Peran pemuda sangat strategis dalam mengembalikan nilai-nilai dasar yang telah terkikis. Hal ini dapat dilakukan untuk membangun kembali kebiasaan-kebiasaan dalam nilai-nilai leluhur kearifan lokal dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab oleh generasi muda. Pembangun karakter, kapasitas, dan daya saing pemuda dikembangkan untuk menumbuhkan  penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan karakter kepemudaan yang lebih maju.

Dalam konsep gerakan kepemudaan dapat dibangun kekokohan dan berdirinya nilai-nilai kepemudaan  yang memiliki harkat, derajat, dan martabat yg teridiri dari saling menghargai, saling menghormati, dan saling menyayangi, serta saling mengasihi.

Nilai kearifan inilah yang bisa disebut sebagai jati diri generasi muda Mala'bi. Semua tidak akan bernilai jika kehilangan "siri" (harkat dan martabat), seperti yang terjadi saat ini. Dimana moralitas generasi muda semakin tidak bernilai dan semakin menjauhi nilai-nilai kebudayaan sebagai cerminan jati diri pemuda dan mengikuti kemajuan zaman.

Dalam Undang-Undang 19945 disebutkan bahwa kebudayaan ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha rakyat indonesia seluruhnya, kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak dari kebudayaan daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai budaya bangsa.

Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat berkembang atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertigggi derajat kemanusiaan bangsa.

Kenyataannya, Generasi Muda sebagian besar memiliki keingin untuk berpikir global tapi kemampuannya lebih rendah dari pada tindakan-tindakan yang bersifat lokalitas, sehingga terjadi krisis nilai-nilai generasi muda.

Oleh karena itu kelemahan ini dapat diatasi dengan cara menguatkan pemahaman nilai-nilai lokal dengan arus globalisasi yang masuk untuk menghindari nilai-nilai yang bersifat negatif. Dengan begitu nilai-nilai kepemudaan tidak menolak kebudayaan asing yang masuk tetapi akan diterima untuk dikembangkan dalam memperkaya khasanah budaya Lokal dan budaya nasional. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun