Mohon tunggu...
chandra ubayanti
chandra ubayanti Mohon Tunggu... Guru Matematika di SMA Negeri 1 Fakfak -

saya seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum 2013, Aku, dan 'Kenyataan di Sekolah'

15 Mei 2015   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:01 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di waktu senggang di ruang guru ada saja cerita yang kami para guru saling sampaikan. Tentu saja segala macam tentang keadaan siswa, yang ini yang itu, dari yang positif sampai yang memprihatinkan. Ada satu yang teringat begitu memprihatinkan ketika teman guru bahasa Indonesia bercerita saat ia menguji (ujian praktek) siswa kelas XII. Subhanallah-nya disitu ia baru tahu jika salah satu anak yang diuji untuk berpidato (bentuk ujian prakteknya) dan ia terdiam lama kebingungan. Tidak tahunya si anak tidak tahu apa yang harus dibaca. Aneh tapi nyata. Ada banyak sekali hal 'lucu' di sekolah yang menggambarkan begitu banyak kesenjangan antara harapan kurikulum dan kenyataan. Seperti yang saya alami, tingginya harapan kurikulum yang baru (K-13)  ini kadang tercenung bagaimana meng'apakannya??? jika yang dihadapi adalah siswa SMA yang ketika ditanya 9 x 8 ia harus mencoret-coret dulu dari 1 x 9, ...dst...Hal miris seperti ini begitu jelas ketika ulangan dan kertas coretannya dikumpulkan. Saya termasuk guru yang hobby mengumpullan kertas ulangan siswa. Yang kebanyakan hampir 90% kertasnya tidak penuh coretan, kalaupun ada ia hanya menulis ulang soal. Atau penuh dengan gambar-gambar, dengan tulisan "Maaf bu guru saya tidak tahu...atau saya lupa!!!...atau saya tidak belajar. Memang pernah saya mengajar di Kaimana dengan siswa-siswa IPA yang luar biasa. Jika diberi soal kadang ia harus minta tambahan kertas cakaran.Tapi itu sebagian kecil dari banyak anak yang tidak tahu harus menulis apa jika diberikan soal. Apa ini akibat soal pilihan ganda, kah? Perlu energi besar untuk menghadapi kenyataan siswa agar dapat mencapai harapan kurikulum sebagai acuan standar penyelenggaraan pendidikan memang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun