Keempat, prema, memupuk cinta kasih murni tanpa ego. Bisa mengatasi kepicikan di dalam diri dan mengidentifikasikan diri dengan golongan lain dalam satu kesatuan. Politisi yang memiliki cinta kasih bagi yang lain, dengan berpegang pada kebenaran, dan membaktikan dirinya untuk kebaikan orang lain, dialah pelayan rakyat yang sebenar-benarnya.
Kelima, ahimsa, pantang menggunakan cara-cara kekerasan. Penyelesaian masalah dengan kekerasan justru akan mengundang kekerasan baru. Kekerasan bukannya menyadarkan lawan politik tetapi justru menyuburkan kebencian dan rasa dendam. Sebaliknya, dengan paham pantang kekerasan, caleg atau politisi dapat mengembangkan cinta kasih dan kemampuannya sehingga dapat mengaktualisasikan diri sebagai makhluk sosial yang menghargai heterogenitas, Â inklusivisme, pertukaran mutual, toleransi dan kebersamaan.
o Penutup
Dengan kelima pilar utama dan prinsip-prinsip moral itu, kita berharap akan semakin banyak lagi  politisi yang kelak akan menjadi pemimpin baik serta berpihak pada rakyat. Mereka yang menata dirinya secara inklusif, mengedepankan penerimaan tanpa diskriminasi, serta menghindari persaingan yang  memicu konfik politik. Salah satu hymne dalam kitab Rg Veda telah mengisyaratkan pentingnya rasa kebersamaan itu. Sam gacchadhvam, sam vadadhvam, sam vo manamsi janatam. Berkumpullah, berdiskusilah bersama, buatlah pikiranmu bersatu padu. Dengan pikiran yang bersatu padu itu akan bisa menumbuhkan keyakinan yang sama dalam mencapai tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H