Mohon tunggu...
I Wayan Gede Suacana
I Wayan Gede Suacana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Peminat Yoga Asana dan Meditasi

Membaca dan menulis untuk aktualisasi diri, praktik yoga asana dan meditasi untuk realisasi diri. Menghargai keberagaman dengan berupaya memahami apa adanya, karena inti dari keindahan adalah kesatuan dalam variasi. Sebagai Penulis Majalah Mahasiswa (1988-1990); Penulis dan Redaksi Jurnal Ilmiah (1991-2013); Blooger Blog Bali Sai Amrita (Maret 2009-Februari 2014); Penulis pada Kolom Opini Harian Umum Bali Post (2003-2013); Penulis pada publikasi online/ citizen media: Atnews, Majalah Sraddha, Kompasiana dan Opinia (Januari 2024-sekarang); Dosen dan peneliti di Universitas Warmadewa Denpasar (1991- sekarang); Peminat yoga asana dan meditasi (1988-sekarang); Pemenang I Lomba Esai yang diadakan oleh Ikatan Wanita Penulis Bali (2008). Alamat E-mail: suacana@warmadewa.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penguatan Toleransi dalam Negara yang Bhinneka

10 November 2024   08:44 Diperbarui: 24 November 2024   20:22 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toleransi adalah aspek, nilai hidup yang dihubungkan dengan aspek “emosi” dan aspek yang sangat penting dari kepribadian manusia. Ia berbeda dengan aspek “intelek” yang berhubungan dengan dengan nilai rasionalitas. Toleransi yang dilaksanakan dengan benar, menurut J. Jagadeesan dapat menghasilkan tiga dimensi kedamaian dilihat dari perspektif manusia biasa, yaitu tidak adanya perselisihan luar yang aktif, tidak adanya keadaan bermusuhan atau pertikaian (dalam batin) dengan orang lain, serta rasa hening dan tenang dalam diri, atau ketenangan batin

Apabila dilihat kehidupan bangsa kita saat ini, ternyata dimensi pertama sekalipun masih sulit ditemukan. Walaupun  bangsa kita tidak dalam suasana perang tetapi masih sering ada teror dan suasana permusuhan serta rasa curiga-mencurigai yang mengganggu kedamaian dan menghilangkan rasa toleransi antar kelompok. Dalam tataran praktis, tumbuh-kembangnya toleransi dalam diri setiap orang dan kelompok tidaklah datang dengan seketika, tetapi cenderung mengikuti sebuah kronologis dan pola tertentu. Sanjeev Chaudhry mengatakan bahwa unsur pokok atau puncak toleransi sebagai manifestasi dari nilai-nilai kemanusiaan adalah rasa saling mengasihi. Menurutnya, cinta kasih sebagai pikiran berwujud kebenaran. Cinta kasih dalam perbuatan berbentuk kebajikan. Cinta kasih sebagai pengertian berupa pantang kekerasan. Pada akhirnya, cinta kasih sebagai perasaan akan menciptakan kedamaian.

Dengan begitu, rasa saling mengasihi merupakan inti dan saripati toleransi antar etnis, suku, budaya  dan agama dalam kondisi bangsa yang bhinneka ini. Bila para founding fathers kita dulu sudah dengan begitu cerdas dan bijaksana memformulasikan kondisi itu dalam  sashanti persatuan Bhinneka Tunggal Ika, lalu mengapa sampai sekarang masih ada sebagian kecil warga bangsa belum juga menerima kenyataan ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun