Toleransi adalah aspek, nilai hidup yang dihubungkan dengan aspek “emosi” dan aspek yang sangat penting dari kepribadian manusia. Ia berbeda dengan aspek “intelek” yang berhubungan dengan dengan nilai rasionalitas. Toleransi yang dilaksanakan dengan benar, menurut J. Jagadeesan dapat menghasilkan tiga dimensi kedamaian dilihat dari perspektif manusia biasa, yaitu tidak adanya perselisihan luar yang aktif, tidak adanya keadaan bermusuhan atau pertikaian (dalam batin) dengan orang lain, serta rasa hening dan tenang dalam diri, atau ketenangan batin
Apabila dilihat kehidupan bangsa kita saat ini, ternyata dimensi pertama sekalipun masih sulit ditemukan. Walaupun bangsa kita tidak dalam suasana perang tetapi masih sering ada teror dan suasana permusuhan serta rasa curiga-mencurigai yang mengganggu kedamaian dan menghilangkan rasa toleransi antar kelompok. Dalam tataran praktis, tumbuh-kembangnya toleransi dalam diri setiap orang dan kelompok tidaklah datang dengan seketika, tetapi cenderung mengikuti sebuah kronologis dan pola tertentu. Sanjeev Chaudhry mengatakan bahwa unsur pokok atau puncak toleransi sebagai manifestasi dari nilai-nilai kemanusiaan adalah rasa saling mengasihi. Menurutnya, cinta kasih sebagai pikiran berwujud kebenaran. Cinta kasih dalam perbuatan berbentuk kebajikan. Cinta kasih sebagai pengertian berupa pantang kekerasan. Pada akhirnya, cinta kasih sebagai perasaan akan menciptakan kedamaian.
Dengan begitu, rasa saling mengasihi merupakan inti dan saripati toleransi antar etnis, suku, budaya dan agama dalam kondisi bangsa yang bhinneka ini. Bila para founding fathers kita dulu sudah dengan begitu cerdas dan bijaksana memformulasikan kondisi itu dalam sashanti persatuan Bhinneka Tunggal Ika, lalu mengapa sampai sekarang masih ada sebagian kecil warga bangsa belum juga menerima kenyataan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H