Mohon tunggu...
SUY ONO BRAM
SUY ONO BRAM Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka membaca saja

Lentera jiwa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku dan Hujan

13 Januari 2019   21:26 Diperbarui: 13 Januari 2019   22:40 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku temukan hujan disepanjang tol yang meliuk memanjang 

Kutawarkan kepada lelaki tua bercaping dan bercelana hitam

"Wahai debu jalanan, sembunyikanlah tawamu yang selalu menantang".   Suara bathin menggelegar. Kami beradu pandang       

Aku pelihara hujan 

Tangan menengadah tanpa jeda 

abaikan peluh berbulir beraroma asap jelaga

" Wahai ilalang janganlah engkau selalu berintan,  

Sebab lumbung kami telah bergoyang " 

Aku berteman hujan  

Rapatkan hari berujung bulan.  Pematang bersinar terang. Kiri kanan dentuman musik bersahutan. 

Dan ternyata hujan bagiku hanya bualan.    Sebab aku tak bosan memandang lampu jalanan.      

Aku dan hujan

Sudah tidak saling sapa.

Wanita beruban hanya terpaku merana

Melihatku berjingkat bersisian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun