Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bidadari Depan Pintu

6 Maret 2022   22:15 Diperbarui: 6 Maret 2022   22:39 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"... di depan pintu... di muka rumahku... ku lihat Dia... selalu berkaca... "

Demikian penggalan lirik lagu yang pernah kutuliskan untuknya. Bisa dikatakan Ku menjadi pengagum rahasianya. Semua yang menjadi auranya tak pernah hilang dari ingatan. 

***

"... Karir Anda masih bisa berlanjut meski tak di tempat dan kantor ini lagi". 

Demikian kalimat terakhir dari Manajer Ku manakala perusahaan memutuskan menghentikan langkahku dengan alasan yang tak masuk akal. Performa meningkat, Profitabilitas tinggi serta segala perkembangannya. 

Ku sadar ini cuma ulah beberapa Orang yang takut posisinya terlampaui olehku.

Ya Ok Lah. Nikmati saja dulu apapun yang terjadi. 

***

Secangkir kopi hitam yang hangat menemaniku malamnya di teras kecil samping apartemen. Menghadap apartemen di seberangnya. 

Baru mulai akan kupetik senar gitar yang telah lama hanya kugantung di dinding ruangan. 

".. Do re mi fa... "

Mataku kaget bukan main. Di teras seberang apartemen yang posisinya berhadapan. 

Ow.. Ow.. 

***

"Tok tok... Surat Pak!!! "

Ku buka pintu sambil mengucek-ngucek mata yang belum lagi jelas buat melihat. Kupungut sebuah surat. 

".. Surat Pemanggilan Kembali... "

"Loh kok bisa ya??? " Tanyaku dalam hati. 

Ok lah aku mandi dan berangkat. 

***

"Ada yang masih tertinggal Pak? " Demikian sekuriti bertanya. 

"Pemanggilan Kembali Pak! " Demikian kataku. 

***

Kutunggu beberapa menit. 

"Lantai Paling Atas Pak, Ruangan Komisaris Utama! " 

"Ok... Whaaatttt... Ada apa ini? " Demikian hatiku kaget. 

***

"Permisi.. Selamat pagi. Menghadap! " Demikian aku memulai dan masuk. 

"Silakan duduk dan baca semua berkasnya perlahan.. " Lembut suara yang terdengar

Ku duduk... Kubuka Bundelan berkasnya... Dan ku terdiam... 

"Adakah yang tercecer??? " Kembali suara lembutnya bertanya sambil duduk membelakangi dengan hanya menujukkan untaian rambut panjang hitamnya. 

"Mengapa Diam???  Penawaran masih berlaku atau tidak? " Demikian perempuan komisaris utama bertanya kembali? 

... "Ma... Masih Bu... Eh... "

"Ok. Nanti Malam Saya Tunggu Lagi ya... Masih ada uang tuk beli senar gitar dan bunganya??? "

Tak kujawab pertanyaannya karena ku segera berlari pulang. 

Aku mau tidur. 

Nanti Malam pasti Akan sangat Panjang Sekali. 

Hehehe Pembaca tolong jangan terlalu ingin tahu ya. 

--end--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun