Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Imlek Putih

30 Januari 2014   22:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13910886171541998482

***

Sempat terpikir bahwa tahun depan sudah akan bisa mengenakan warna merah, namun tiada seroangpun yang tahu perjalanan hidup manusia selain Tuhan. Di pertengahan tahun dan kembali tak terduga... Mama pun dipanggil olehNYA. Mama meninggal karena tersengat aliran listrik saat mencuci pakaian. Kami begitu terpukul dengan kepergian Mama. Ada sedikit penyesalan karena sebagai seorang anak laki-laki diri ini tak mampu menjaga Mama dengan baik.

Gelang kain putih yang kukenakan kini bertambah pada lengan kanan sebagai pertanda bahwa orang tua perempuan telah meninggalkan kami anak-anaknya. Lentera putih di teras rumah bertambah menjadi dua buah kiri dan kanan dan akan tetap terpasang hingga masa berduka kehilangan Mama telah selesai 3 tahun ke depan lagi. Kembali aku memegang tongkat namun bukan dari bahan bambu seperti ketika Papa Meninggal. Kali ini memegang tongkat dari batang kayu kedondong pagar yang tiada ada batasan ruasnya sebagai perlambang bahwa kasih sayang seorang Ibu tiada batasannya. Tongkat kayu yang juga dibungkus kain putih pada bagian pangkalnya. Sementara kedua adikku kembali mengenakan kerudung putih.

Tiga tahun Imlek Putih yang kami lalui akan bertambah tiga tahun lagi hingga masa berduka kehilangan Mama selesai. Ya... kami akan berduka kembali selama tiga tahun ke depan.

***

Malam ini ku duduk di teras lantai dua rumah orang tuaku ini. Sementara adik-adikku berdoa di depan altar persembahyangan orang tua kami. Dalam lamunanku kini... banyak peristiwa yang kami lalui kini bak sebuah rekaman yang diputar kembali. Teringat satu waktu ketika masih usia anak-anak, ku merengek kepada Almarhum Papa meminta dibelikan mainan untuk hadiah ulang tahunku. Dengan sangat tegas papa menolak dan mengatakan bahwa saat aku ulang tahun adalah hari yang begitu menderita bagi mamaku, hari di mana Mama dalam keadaan hidup dan mati untuk melahirkanku, hari di mana Mama dalam keadaan menahan segala kesakitan untuk melahirkanku. Hari di mana sepatutnya aku bersujud di hadapan Mama untuk bersyukur dan berterima kasih bahwa aku telah dilahirkan dengan selamat dan telah mendapatkan perawatan dan kasih sayang dari Almarhumah Mama.

Jika sudah seperti itu, aku hanya bisa menangis, yang aku ingat hanyalah perkataan-perkataan Almarhum Papa tanpa aku mengerti maknanya dan yang aku selalu ingat bahwa setelah itu secara sembunyi-sembunyi Almarhumah Mama membelikan mainan yang aku mau tanpa sepengetahuan Almarhum Papa.

Terlintas jua saat Almarhumah Mama berkata jika pada saat perayaan Dong Zhi / Tang Cie (perayaan makan onde-onde) yang dalam penanggalan kalender nasional bertepatan jatuh pada 22 Desember atau berbarengan dengan perayaan Hari Ibu Nasional. Perkataan yang merupakan hal yang boleh dipercaya dan boleh juga tidak, yaitu bahwa jika pada saat hari perayaan Dong Zhi hujan turun maka pada saat Tahun Baru Imlek tidak akan turun hujan dan sebaliknya.

Banyak hal yang kuingat malam ini. Dan satu hal yang pasti bahwa malam ini, di malam Imlek ke-4 kami yang begitu putih ku kan berdoa kepada Tuhan dan kemudian memberikan penghormatan dengan membakar dupa berwarna hijau di hadapan altar persembahyangan. Penghormatan untuk menghormati jasa-jasa kedua orang tua dan tidak untuk tujuan lain selain menghormati jasa mereka berdua. Sungguh pun seorang anak tak akan pernah bisa membalas kebaikan kedua orang tua, namun inilah yang terbaik yang bisa kami lakukan sebagai anak-anak dari kedua orang tua kami.

***

Esok pagi... sebelum mengucapkan selamat tahun baru Imlek kepada yang lainnya. Kami akan berdoa kepada Tuhan, setelah itu akan datang ke makam ke dua orang tua kami untuk memberikan sujud dan penghormatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun