Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I Love You and We Will Break This Jail!

14 Februari 2014   02:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rin segera bersiap... celana jeas warna biru tua ketat dan atasan kaus polos putih... sepatu kets... topi putih untuk menguncir rambutnya seperti ekor kuda... dan kunci mobil digenggamnya.

***

Komplek perumahan yang sepi... tak banyak orang yang terlihat... "Ahhh ini dia... hhmm sepi sekali rumah ini" Rin menepikan mobilnya. Melangkah membuka gerbang kecil yang hanya di selot tanpa gembok... kemudian mengetuk pintu dari bahan triplek yang di cat warna coklat tua.

Selang beberapa detik menunggu... pintu terbuka... seorang wanita tua mengenakan kain poleng dan kaus warna abu-abu membuka pintu...

"Selamat Siang Bu... Benar ini rumah Tomi?" Rin bertanya sambil tersenyum.

"Adik ini siapa? iya benar... tapi Tomi tak ada dan sudah lama di penjara Dik!"

Rin terdiam sebentar... "Owh ternyata benar" Rin menggumam dalam hatinya.

Rin pun menyampaikan maksud kedatangannya... dari Ibu Tomi itu... Rin mendengarkan cerita mengapa Tomi bisa masuk penjara... Si Ibu sangat yakin bahwa puteranya Tomi tak mungkin membunuh Ayahnya sendiri... meskipun tak melihat langsung namun si Ibu mengungkapkan keyakinannya.

Rin mendengarkan semuanya dari cerita si Ibu... sebelum kejadian memang Tomi sempat ribut mulut dengan Ayahnya dan banyak tetangga yang menyaksikan ribut mulut itu... namun tak ada saksi yang menyaksikan sendiri kebenaran peristiwa itu.

Rin manggut-manggut mendengarkan sambil berpikir mengingat-ingat... "rasanya aku pernah mendengar kasus ini... ahhh sudah lama sekali... menarik juga untuk di telusuri!"... Rin tersenyum kepada si Ibu dan berpamitan... namun tak berani mengutarakan maksud Tomi yang meminta obat penyakit kulit... Rin mengurungkan untuk menyampaikan hal itu melihat kondisi si Ibu yang hidupnya kini bergantung dari pemberian tetangga.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun