Then The Lord God formed the man from the dust of the earth and blew the breath of life into his nostrils. The man became a living being.
Dan... demikian denganku... dihembuskannya nafas kehidupanNya melalui hidungku... dan aku menjadi manusia yang hidup...
Dan demikianlah aku masuk melalui sebuah pintu... untuk kemudian hidup di dalamnya... dan pintu itu terkunci...
Kini... aku berada dalam sebuah ruangan dengan satu pintu utama yang terkunci... entah di mana kuncinya... namun seperti halnya sebuah ruangan... ada pintu utama maka tentunya ada pintu lainnya seperti jendela... aku masuk melalui pintu utama... mungkinkah aku melewati pintu lainnya manakala waktunya tiba bagiku untuk keluar ruangan?
Bagaimana jika aku melewati jendela dan ada yang melihat hal itu?
Bagaimana membuka kembali pintu utama yang kini terbelenggu agar aku bisa meneriakkan Pekik Kemenanganku untuk kemudian bersujud di hadapanNya?
***
Mungkin aku terlahir memang untuk bekerja dan bekerja... demikian yang pernah terlintas dalam pikiranku selama dalam masa kegelapan di lembah hitam penuh dengan lumpur dosa.
Pada usia di mana dalam pikiranku senantiasa ada keinginan yang begitu terpendam manakala melihat anak-anak seusiaku bermain dengan riangnya sambil berlarian di antara garis persegi di tengah-tengah hamparan hijau menguningnya senyuman bunga-bunga padi.
Mimpi indah merah mudanya usia remaja yang harus pula kukubur begitu dalam di dasar telaga hati.