Maka dari itu, rasanya sebuah mesin hitung alias kalkulator rasanya perlu di sediakan untuk dan atau / oleh Akil Mochtar untuk menghitung biaya-biaya yang akan dikeluarkannya demi tidak menderita di dalam penjara sana. Itu baru makan, belum lagi jika meminta atau menginginkan fasilitas yang mungkin berupa kasur yang tebal dan empuk, kipas angin ataupun penyejuk ruangan, mungkin juga pesawat televisi atau lainnya hingga android mungkin untuk bersosial media?
Masa sih semua itu bisa di lakukan? Jawabannya sepanjang "tahu sama tahu" tidak di tambah dengan tempe ya semua bisa masuk ke dalam kamar, asalkan ada lembaran-lembaran untuk mendamaikan fasilitas-fasilitas itu. Termasuk untuk menyembunyikannya sewaktu ada Inspeksi Mendadak atau pun Sidak dari semisal Kantor Wilayah Hukum dan Ham, atau pun dari Dirjen Pemasyarakatan, atau mungkin juga langsung dari Kementerian.
Seperti itulah kira-kira fungsi kalkulator bagi seorang yang pasti akan di pandang tajir seperti Akil Mochtar ini. Jadi kalkulator ini bukannya untuk menghitung mundur atau berkurangnya masa pidana, melainkan untuk menghitung biaya-biaya yang harus di keluarkan selama menjalani pidana, apalagi pidana penjaranya tak ada ujungnya alias tak ada hari terakhirnya selain menghembuskan nafas terakhir.
Apa yang bisa menghentikan dan atau / mengubah fungsi kalkulator itu bagi seorang terpidana penjara seumur hidup yang termasuk kategori "tajir" seperti Akil Mochtar ini?
Jawabannya hanya ada satu, yaitu GRASI dari Presiden. Bisa berupa grasi mengubah hukuman menjadi hukuman untuk waktu tertentu, bisa juga berupa grasi untuk Manula (biasanya bagi yang umurnya sudah di atas 70 tahun), ataupun GRASI bagi yang memiliki dan menderita sakit Permanen yang Akut dan tak bisa di sembuhkan.
Hanya ada 2 pilihan, yaitu mengajukan Grasi atau tetap menjalani pidana sambil menghitung biaya-biaya yang terjadi.
Dan hanya ada 2 kemungkinan, yaitu Mendapatkan Grasi atau menjalani dengan setulus-tulusnya sambil melakukan hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun bagi yang lainnya tanpa menghiraukan kapan nafas akan terhenti di dalam penjara.
Saya pernah menyaksikan 5 orang terpidana Seumur Hidup yang lebih banyak melamun ketika sedang sendirian... entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Yang pasti salah satunya pernah berucap pada saya... Bisakah hukuman saya di hentikan sekarang ataupun di ubah saja menjadi pidana mati? karena jika bunuh diri saya takut.
Demikian yang pernah dikatakan seorang terpidana Seumur Hidup pada satu waktu kepada saya di dalam penjara sana.
Mari kita jalani hidup ini dengan rasa syukur, banyak berbuat kebajikan dan memberikan manfaat, hingga tiada beban berat dalam hidup ini.
Salam Waspada,