'Asyrul awakhir atau sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadan adalah waktu yang seyogianya dinantikan dan dimaksimalkan oleh umat Islam.
Bukan karena semakin banyaknya diskon yang bermunculan di pasar atau mal.~ Tetapi, karena pada sepuluh hari terakhir itulah diyakini terdapat satu malam yang amat istimewa, yaitu malam Lailatulqadar.
Malam Lailatulqadar adalah malam turunnya wahyu Allah Swt. (Al-Qur'an), malam kemuliaan, malam yang apabila seorang muslim beribadah atau berbuat baik pada malam itu, maka pahalanya akan dilipatgandakan seperti beribadah atau beramal selama lebih dari seribu bulan (83 tahun lamanya).
Oleh karena itulah, pada sepuluh hari terakhir itu, umat Islam sangat didorong untuk meningkatkan semangat, kuantitas maupun kualitas ibadah di dalamnya, salah satunya, dengan cara beriktikaf (berdiam diri beberapa waktu di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah).
Iktikaf dapat dilakukan di masjid mana saja. Sebagai negeri dengan masjid yang begitu banyak, kegiatan iktikaf tidaklah terlalu sulit untuk ditemukan. Lebih-lebih, pada masjid-masjid besar, seperti Masjid Istiqlal di Jakarta, misalnya.
Pada setiap Ramadan (terkecuali pada masa pandemi Covid-19), Masjid Istiqlal senantiasa didatangi banyak jemaah yang berasal dari dalam maupun luar daerah, baik untuk menghadiri suatu event, atau sekadar mengikuti buka puasa bersama, salat wajib dan Tarawih, hingga beriktikaf pada sepuluh terakhir Ramadan.
Pada Selasa, 2 April 2024 atau bertepatan dengan 22 Ramadan/malam ke-23 Ramadan, penulis bersama dua sahabat penulis berkesempatan untuk menghadiri buka puasa bersama, salat fardu & Tarawih, serta berusaha melaksanakan anjuran pada 'asyrul awakhir yakni iktikaf.
Kami mendapati begitu banyak pengunjung Masjid Istiqlal yang tidak hanya ikut berbuka puasa bersama, tetapi turut mengikuti rangkaian kegiatan iktikaf yang diselenggarakan oleh pihak masjid.