Kami memang sudah sama-sama paham dan memiliki kesamaan prinsip. Paham bahwa ajaran dalam keyakinan kami melarang berinteraksi dengan perempuan tanpa kepentingan, apalagi sekadar "nongki-nongki" saja.
Selain itu, tidak ada pecandu rokok satu pun di antara kami. Bukan berarti kami tidak jantan. Dua sebab utamanya adalah faktor kesehatan serta larangan/kemakruhan rokok dalam hukum agama yang kami berusaha taati.
Adapun game yang hampir selalu kami mainkan saat berkumpul adalah game sepak bola PES/eFootball. Menjadi lebih seru saat disepakati bersama, "yang kalah akan mendapatkan hukuman".Â
Hukuman tersebut sebut saja misalnya mem-posting foto pemenang di Instagram-story pribadi dengan tambahan caption yang dikehendaki si pemenang (yang biasanya menjengkelkan yang kalah). Dan saya adalah salah satu yang paling sering menerima hukuman itu. Ha-ha-ha, menyedihkan.
Di sela-sela permainan itu, tidak lupa kami juga biasa menyeduh kopi dan memakan camilan yang biasanya sudah kami beli bersama sebelum menuju lokasi.
Dan, saat azan berkumandang, kami juga selalu berusaha menghentikan sementara permainan. Terkadang langsung menuju masjid untuk salat berjemaah, terkadang pula melangsungkan salat jemaah di rumah Adi.
***
Tak terasa, time flies so fast. Kini, kami sudah mulai menempuh jalan hidup masing-masing. Di antara kami ada yang sudah bekerja, ada pula yang masih duduk di bangku perkuliahan termasuk saya.
Meski begitu, kami selalu menyempatkan diri paling tidak beberapa bulan sekali untuk berkumpul, saat semuanya mempunyai waktu libur. Aktivitas yang dilakukan pun tetaplah sama seperti masa SMA. Bermain gim, ngopi dan seterusnya.
Tongkrongan kami ini, tampaknya bisa menjadi contoh kecil bagi para remaja saat ini. Bahwa mereka bisa saja menongkrong tanpa rokok, tanpa miras, tanpa melakukan vandalisme, dan tanpa meninggalkan ibadah sebagai kewajiban.