Mohon tunggu...
Fajar Setiawan
Fajar Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syahid

Meminati sosial-keagamaan, bahasa dan sastra, olahraga khususnya sepak bola, dan (sedikit) politik. Menulis saat ingin dan sempat. Semoga selalu ada manfaat yang bisa didapat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Privilese sebagai Pembesar Peluang Kesuksesan dalam Kisah Asmara dan Karier

20 September 2023   21:21 Diperbarui: 20 September 2023   22:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Pexels/Alex Green

"Lo cantik atau ganteng, lo aman."
"Wajar mereka sukses, wong dari lahir udah tajir!"
Ujar para netizen.


Akhir-akhir ini, mungkin kata privilese/privilege sesekali kita jumpai, khususnya pada konten-konten maupun komentar di media sosial. Begitu banyak contoh aktual (baik yang tersiar di internet maupun sekitar kita) dari apa yang disebut sebagai privilese dan hal yang dipengaruhinya. 

Dari mulai para jomlo yang dianggap mudah mendapat jodoh lantaran good-looking, hingga pemuda yang cerdas, sukses dan ternama karena dikatakan kedua orang tuanya memang mumpuni dan kaya.

Apa itu Privilese?

Privilese (diserap dari bahasa Inggris "privilege") dalam KBBI diartikan secara singkat sebagai hak istimewa. Sementara itu, dari beberapa penjelasan para ahli mengenai definisi privilese yang penulis temukan dalam berbagai literatur, penulis pribadi menyimpulkan bahwa secara sederhana, privilese merupakan hak istimewa atau keuntungan yang dimiliki seseorang, terkait kelas, status, lingkungan, fisik, keturunan dan sebagainya.

Privilese Memperbesar Peluang Kesuksesan Kisah Asmara dan Karier

Asmara dan karier tentunya hanyalah dua dari banyak macam hal yang dapat dipengaruhi oleh privilese. Tak dapat dimungkiri, orang dengan privilese tentu mempunyai peluang meraih kesuksesan yang lebih besar dibandingkan dengan yang tampak "biasa saja", termasuk kesuksesan dalam kedua hal ini.

Soal asmara, tidak bisa dinafikan, lelaki maupun perempuan di sekitar kita yang dalam mencari calon pasangan hidup, sebagian besar barangkali akan mempertimbangkan banyak hal (sebagai preferensi), seperti karakter, pekerjaan, latar belakang keluarga, agama, dan juga termasuk penampilan fisik. 

Fisik, tentunya merupakan bawaan sejak seseorang lahir yang diturunkan dari gen kedua orang tuanya. Sehingga dapat penulis katakan, bahwa cantik, tampan, manis, imut, mulus, atau apa pun istilahnya itu, adalah salah satu privilese yang cukup besar dalam pengaruhnya terhadap kisah percintaan sebagian insan.

Begitu pun terkait kesuksesan karier atau pekerjaan. Kita pasti tahu, begitu banyak lowongan pekerjaan yang salah satu kualifikasinya adalah good-looking. Mulai dari sektor industri hingga dunia perkantoran. 

Bahkan, tidak hanya secara penampilan fisik, privilese terkait kemampuan ekonomi pun memiliki andil. Sebagai contoh, ada seorang anak 'sultan' yang membuka suatu usaha namun usahanya gagal. 

Meski gagal, tentunya ia bisa dengan mudah mencoba kembali untuk berusaha dengan memanfaatkan privilesenya sebagai anak dari keluarga yang berada. Ia tak terlalu khawatir soal itu. 

Lain halnya dengan seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana, andai kata ia membuka suatu usaha dan gagal, ia perlu menabung lebih dahulu, bersusah payah dahulu, untuk memulai usaha baru nantinya.

Dari sini, privilese memang tampak begitu sangat penting. Namun demikian, pada akhirnya penulis tetap tidak sepakat jika dikatakan misalnya bahwa privilese menjamin seseorang untuk sukses. Sama sekali tidak. Privilese adalah sekadar faktor yang bisa memengaruhi suatu kesuksesan, bukan mengantarkan secara penuh kepada kesuksesan itu.

Jika diibaratkan, maka seperti suatu jalan. Bagi mereka yang mempunyai privilese, jalan itu tampak mulus, tak ada atau minim hambatan. Sedangkan bagi mereka yang dianggap biasa saja atau tidak ada privilese, jalan itu tetap ada, namun kemungkinan besar jalan tersebut tidaklah mulus, banyak 'polisi tidur', ranting kayu, batu, dan lain-lain. Tetapi bukan berarti ia tidak bisa melewatinya.

Privilese adalah Ketentuan yang Digariskan Tuhan

Kita semua tahu, bahwa setiap manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Tuhan telah menggariskan semuanya. Namun yang menjadi problem, sebagian dari kita terkadang menganggap privilese hanya sebatas soal harta, keturunan, atau penampilan semata. Padahal, begitu banyak hal sederhana yang ada pada diri kita yang juga dapat disebut sebagai privilese. Tidak percaya?

Contohnya sesederhana ketika kita mempunyai keluarga yang harmonis, taat beragama, dan saling mengasihi. Sementara itu, siapa yang dapat menjamin orang yang diberi privilese oleh Tuhan berupa kekayaan, kecantikan atau ketampanan, memiliki kehidupan keluarga yang demikian? Tidak ada yang bisa menjamin.

Oleh sebab itu, bersyukur adalah kunci. Sadarilah privilese-privilese "tersembunyi" yang Tuhan berikan kepada diri kita. Tidak perlu fokus kepada privilese orang lain. Jika ingin menjadikan mereka sebagai sebuah motivasi untuk kita, tentu itu tidak mengapa, bahkan bagus. Namun jika dengan melihat privilese orang lain membuat kita iri, dengki apalagi berputus asa, maka tentunya ini akan menimbulkan problem yang merugikan diri kita sendiri.

Terima kasih sudah berkunjung, semoga ada manfaat yang bisa diambil. Tetap semangat dan bahagia selalu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun