Mohon tunggu...
Fajar Setiawan
Fajar Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syahid

Meminati sosial-keagamaan, bahasa dan sastra, olahraga khususnya sepak bola, dan (sedikit) politik. Menulis saat ingin dan sempat. Semoga selalu ada manfaat yang bisa didapat.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peribahasa: Berbilang dari Esa, Mengaji dari Alif

7 September 2023   21:33 Diperbarui: 7 September 2023   21:39 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pexels

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa (dalam bahasa Inggris: proverbs) merupakan kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, yang biasanya mengiaskan maksud tertentu. Atau juga, ungkapan yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup dan aturan tingkah laku.

Sedangkan menurut Wijaya (2010: 3), peribahasa dimaknainya sebagai suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas, berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku.

Robert Sibarani dalam buku Antropolinguistik, menjelaskan bahwa setiap pembentukan kata-kata bahkan kalimat dalam suatu bahasa (termasuk yang digunakan dalam peribahasa) dapat menentukan sifat atau ciri pikir dalam kebudayaan suatu bangsa. Sehingga peribahasa adalah kalimat kiasan yang terbentuk dari budaya.

"Berbilang dari esa, mengaji dari alif"


Barangkali ini merupakan salah satu peribahasa yang cukup asing di telinga sebagian orang. Tak seperti "ada gula ada semut" atau "bagai air di daun talas" yang sudah sama-sama kita kenali sejak waktu Sekolah Dasar. Tentu, karena memang peribahasa 'sederhana' semacam itulah yang digunakan sebagai contoh agar lebih mudah dimengerti oleh kita pada saat itu.

Berbilang: menghitung

Esa: satu

Mengaji: membaca Al-Qur'an atau belajar

Alif: huruf pertama pada abjad Arab/hijaiah

Peribahasa "berbilang dari esa, mengaji dari alif" dalam sudut pandang penulis, adalah peribahasa yang berisikan pesan nasihat untuk kita dalam mengerjakan sesuatu, yang hendaknya selalu dimulai dari permulaan (awal), tidak melongkap, tidak terburu-buru. Sehingga hasil yang akan didapat nantinya pun akan baik.

Contohnya, beberapa dari kita yang sewaktu kecil belajar mengaji melalui Iqro. Tentu dimulai dari Iqro 1. Setelah dinyatakan khatam di Iqro 6, barulah kita bisa melangkah menuju Al-Qur'an.

Peribahasa ini pun bisa relate dengan fenomena di kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, tak jarang kita jumpai, ada orang-orang yang suka berargumen terkait suatu persoalan, mengupasnya dengan hebat, membahasnya begitu jauh dan mendalam, namun ketika dihadapkan dengan hal yang amat mendasar dari persoalan tersebut, justru ia tidak bisa menjawabnya. Demikianlah yang terjadi jika suatu hal tidak dipelajari sedari dasar.

***

Kira-kira, begitulah penjelasan singkat penulis mengenai makna peribahasa "berbilang dari esa, mengaji dari alif".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun