Contohnya, beberapa dari kita yang sewaktu kecil belajar mengaji melalui Iqro. Tentu dimulai dari Iqro 1. Setelah dinyatakan khatam di Iqro 6, barulah kita bisa melangkah menuju Al-Qur'an.
Peribahasa ini pun bisa relate dengan fenomena di kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, tak jarang kita jumpai, ada orang-orang yang suka berargumen terkait suatu persoalan, mengupasnya dengan hebat, membahasnya begitu jauh dan mendalam, namun ketika dihadapkan dengan hal yang amat mendasar dari persoalan tersebut, justru ia tidak bisa menjawabnya. Demikianlah yang terjadi jika suatu hal tidak dipelajari sedari dasar.
***
Kira-kira, begitulah penjelasan singkat penulis mengenai makna peribahasa "berbilang dari esa, mengaji dari alif".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H