Beberapa hari lalu kita banyak membaca pemberitaan soal seorang anggota DPR (yang terhormat?) menjebak seorang pekerja seks komersial di daerah Sumatera (gue inget banget ini pemberitaan di hari yang sama waktu Nancy ngerobek naskah pidato Donald hahaha) Orang-orang di dunia maya banyak yang berdebat mengenai pantas atau enggaknya hal tersebut dilakukan oleh seorang anggota dewan. Ya, kalian udah tau lah apa yang gue maksud jadi gak perlu panjang-panjang ceritain soal kasusnya.Â
Tulisan gue ini gak bakal bahas apakah gue setuju atau enggak sama tindakan dia tapi lebih ke refleksi diri gue secara pribadi pas baca pemberitaan itu.
Begitu gue liat headline kasus anggota dewan itu tiba-tiba gue inget acara Kick Andy yang beberapa minggu sebelumnya gue liat di TV. Kick Andy hari itu bicara soal cinta kasih dan pelayanan. Ada beberapa tamu yang diundang, salah satunya Suster Zita CB (CB itu ordo ya, bukan nama hehe).
Suster Zita telah berkarya selama hampir 50 tahun dan melayani beberapa kota di Indonesia. Pelayanan beliau diantaranya adalah pelayanan terhadap orang sakit, lansia hingga disabilitas yang bertempat tinggal di desa-desa terpencil. Beliau memberikan bantuan secara moril ataupun materil kepada mereka yang mungkin belum tersentuh.
Ketika berkarya di Sorong, beliau banyak mengunjungi tempat-tempat lokalisasi serta panti pijat plus-plus untuk melakukan sosialisasi mengenai HIV/AIDS. Sudah menjadi rahasia umum rasanya kalau di tempat seperti itu angka pengidap HIV/AIDS cukup tinggi.Â
Suster Zita mengatakan bahwa ia tidak bisa melarang mereka untuk berbuat demikian, namun yang bisa ia lalukan adalah melakukan pendekatan secara kasih untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Satu hal yang menurut gue menjadi highlight adalah waktu Bang Andy bertanya "Kenapa suster gak ngomong 'hai kalian mahluk-mahluk sesat, sadar, nanti kalian akan masuk neraka", dengan gaya khas Bang Andy tentunya, Suster Zita menjawab "oh, kalo itu tidak dengan kasih namanya". Patut direnungkan kan?Â
Bahkan Suster Zita satu waktu bahkan harus "menebus" salah satu dari mereka dengan uang yang dibayarkan kepada "atasannya" supaya mereka dapat terlepas dari ikatan "atasannya" itu dan dapat kembali pulang. Beliau menebus senilai 2 juta rupiah (uang dari kongregasi tentunya) karena salah satu dari mereka tersebut masih dibawah umur.
Dengan pendekatan kasih tersebut Suster Zita berkata sudah ada beberapa atau banyak dari mereka yang akhirnya tidak lagi bekerja di tempat tersebut dan pulang ke kampung halamannya.Â
Ini gue kasih link youtube-nya kalo kalian tertarik buat nonton
Yah begitulah kira-kira cerita yang bisa gue share ke kalian semua. Bagi gue ini bisa jadi bahan renungan yang cukup baik, ntah kalo kalian bagaimana. Cheers!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H