Beijing (16/1/19), Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok kembali mengadakan  Buku berjudul Istana Prawoto "Jejak Pusat Kesultanan Demak" karya Ali Romdhoni, Dosen Universitas Wahid Hasyim . Kegiatan webinar ini menghadirkan pemateri yaitu Ali Romdhoni selaku penulis merangkap peneliti serta Bapak Joko Tri Haryanto dari Peneliti Balai Litbang Agama Semarang. Â
Pada sesi pertama, Bapak Ali Romdhoni MA selaku penulis buku Istana Prawoto ini menjabarkan "Prawoto diduga sebagai didirikannya bangunan tempat kerajaan. Daerah dengan kumpulan pegunungan dengan susunan gunung-gunung kecil, yaitu gunung kendeng. Di Prawoto juga menunjukkan identitas tempat dan tokoh tersohor pada kerajaan Demak. " Di daerah sejauh 3 KM dari Prawoto terdapat daerah Glagah yang mengingatkan pada Glagah Wangi" Papar Penulis. Â
Melalui buku yang kaya data tersebut, Beliau menyuguhkan jejak pusat kesultanan di Demak yang termuat pada Serat dan Babad. Uraian buku menyebutkan Prawoto ialah pusat keraton. Disisi lain peneliti juga menemukan jejak purbakala, jejak strategis dan historis. Kisah  pendahulu mencatat di kawasan Prawoto pernah berdiri kerajaan.
Penulis yang juga berprofesi sebagai Dosen Unwahas memulai penelitian jejak dari gerbang utama di Istana Prawoto dan melakukan napak tilas. " Dari titik ini kita bisa menatap puncak Gunung Muria" Sambungnya.Â
Satu fakta yang mengejutkan yakni Peneliti menemukan keunikan bahwa Gunung Muria, Merapi dan Lawu membentuk piramida. Hal unik lain ialah Posisi Prawoto, Kudus, Bajakan hingga Pajang terlihat menyatu. Hal ini mengingatkan kepada kosmologi pada masa keraton modern. Peneliti berasumsi bila Prawoto merupakan kerajaan di selat Muria yang maju dalam ekonomi dan politik pada masa kerajaan Demak
Di Prawoto ada 19 makam yang memiliki hubungan simetris dan memiliki pendopo Kawedanan sebagai saksi bisu berakhirnya perang Diponegoro. Dalam tesisnya, tempat bernama Kutuk Semarangan, hingga saat ini belum banyak literatur mengkaji lebih dalam tentang arti semarangan ini.Â
Satu fakta menarik lain, peneliti memnemukan jejak batu bernanam Lingga dan Yoni dari reruntuhan batu jejak Kerajaan Demak. Peneliti kemiripan bentuk Yoni di Prawoto dan Tuban  . Dan mengejutkannya, artefak Yoni tersebut sangat mirip dengan benda di depan masji Niu Jie  Beijing.
Sedangkan pemateri kedua Bapak Joko Tri Haryanto kKajian ini bukan hanya unik tapi dapat menambah khazanah kerajaan di Indonesia terutama kerajaan Demak yang berkaitan dengan Prawoto. " Penulisan sejarah ini sangat penting. Kita menjadi tahu apa yg dilakukan oleh para pendahulu kita" Jelasnya
Menurut sejarah Prawoto memang tidak begitu dikenal namun hanya menjadi pelengkap dari kerajaan Demak. Namun Prawoto tidak bisa disingkirkan dan keberadaan Prawoto itu sendiri sama pentingnya dengan kerajaan Demak.Â
Beliau mengatakan "Penelitian ini mungkin akan menimbulkan kontroversi karena berbenturan dengan pandangan kesejarahan umum tentang Kerajaan Demak." Selanjutnya beliau menambahkan "karena penelitian ini berawal dari hipotesis keingintahuan, kemudian pencarian dan eksplanatori untuk menafsirkan relativitas data. Kalau sudah ditemukan maka kita perlu melakukan rekonstruksi untuk dijadikan kisah yang tertulis, itulah yg dinamakan sejarah" , imbuhnya.
Peneliti Balai Litbang Agama Semarang ini juga menjelaskan bagaimana sistem sosial saat itu tidak hanya fokus pada keberadaan Prawoto yang penting. Contoh lainnya yaitu menjelaskan bagaimana Hubungan kesultanan Demak dengan kesultanan lain contohnya Prawoto, Gresik, Cirebon yang dikelompokan sebagai kerajaan kesatuan atau federal.
Beliau menjelaskan pentingnya melakukan Hepotesa dan mencari bukti menguatkan. Tulisan Istana Prawoto muncul seiring ditemukannya bukti-bukti artefak di Prawoto, yang menunjukkan pernah ada masyarakat dengan sistem sosial yang kompleks.Â
Penelitian ini juga bersumber dari sumber babad (Babad Tanah DJawi, Babad Demak (dengan berbagai versinya), serat centini, dll), Beliau juga menjelaskan langkah penting dalam penelitian sejarah yaitu pemberian kritik kepada karya dan  tahap rekonstruksi dimana peneliti mengungkapkan narasi sejarah.
Pada sesi diskusi, Pak Ali Romdhoni mengatakan "Kenapa saya tertarik untuk meneliti ini? Suatu hari saya merasa putus asa kemudian Pak Joko mengingatkan saya dan memotivasi saya bahwa di Prawoto terdapat jejak sejarah yg bisa dijadikan narasi di Indonesia. Bahwa Prawoto memiliki sejarah yg tidak bisa kita lupakan".
"Prasangka dan imajinasi itu harus namun kedua hal tersebut harus dibuktikan. Kalo kita melihat sebuah data kita harus mengetahui apakah yang kita asumsikan itu benar atau tidak. Karena imajinasi dan prasangka itu dapat memicu dan merangsang kita untuk mengkaji dan melakukan penelitian" ujar Pak Joko Tri Haryanto.
Sebagai penutup, penulis menyampaikan kepada publik bahwa kesimpulan dari buku dan temuan-temuan di atas dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti berharap semoga temuan ini bisa bermanfaat dan ke depannya ada penelitian-penelitian selanjutnya. Pungkas Wakil Rais Syuriyah PCINU Tiongkok ini.
Penulis
Anisa
(Dept. Pendidikan PPI Tiongkok Pusat)
Mahasiswa Master, Kota Shanghai, China
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H