Tetapi ada satu cerita kelam setelah lebih dari 5 dasawarsa tersimpan, yang akhirnya dikisakankan oleh seorang pria konserfatif pemberani warga Beijing bernama Yang Jisheng mengungkap suatu kisah kelam dalam bukunya "Tombstone: An Account of Chinese Famine in the 1960s" atau "Batu Nisan: Sebuah Catatan Kelaparan di China 1962", yang dipublikasikan kembali oleh Tania Branigan pada The Guardian.com tertanggal 1 Januari 2013, disana diungkapkan tentang bencana kelaparan dengan jumlah korban jiwa sekitar 36 juta orang atau jumlah ini setara dengan 450 kali jumlah korban jiwa oleh bom atom yang di jatuhkan di Nagasaki atau lebih besar dari jumlah korban perang dunia pertama.
Dan masa kelampun berlalu, komitmen untuk bangkit dari keterpurkkan untuk membawa rakyat kepada kesejahteraan pun dilakukan. Perlahan namun pasti, praktik-praktik kekuasaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan berubah menjadi lebih baik, pemerintah China lebih bijak dalam memilih kebijakan, cara-cara pengedalian manusia kini lebih manusiawi.
Pada akhir tahun 1970an menjadi momentum bagi masyarakat China, program-program kesejahteraan negara dirancang termasuk program pengendalian pertambahan penduduk, pemerintah mengontrol dengan ketat kebijakan satu keluarga satu anak.
Hal ini harus dilakukan sebab paska perang sipil dan kematian akibat kelaparan menjadikan pertambahan penduduk semakin tak terbendung, negara khawatir dengan "baby boomers" yang akan terjadi oleh sebab itu pada akhir tahun 1970an pemerintah china mengeluarkan satu kebijakan bahwa satu keluarga hanya memiliki satu orang anak saja dan program ini telah diawasi dengan sangat ketat, tercatat kurang lebih ada tiga sangsi yang akan diberlakukan apabila hal ini dilanggar yaitu, sterilisasi, aborsi, atau sanksi administrative berupa denda.
Kelihatannya bahwa program ini berhasil, laju pertambahan penduduk yang melonjak di tahun 1960an sampai 1970an dapat di redam pada tahun 1980an sampai awal tahun 2010an, dan program ini mengantar pemerintah untuk dapat memantau laju pertambuhan sehingga dapat mengkalkulasi kebijakan.
Tetapi pada tahun 2013 kebijakan inipun dirubah dengan mengijinkan setiap keluarga dapat memiliki anak kedua apabila kedua orang tuanya hanyalah anak tunggal dengan ketentuan setiap pasangan harus merencanakan pernikahan pada usia dewasa dengan mengatur jarak kelahiran anak kedua.
Pertumbuhan ekonomi yang sudah menampakan hasil menjadikan China menjadi negara nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi terbesar. Indikator pertumbuhan ekonomi menunjukan angka yang menggembirakan seperti Gross Domestic Product (GDP), Gross National Product (GNP), Consumer Price Index (CPI), Money Supply, Consumer Confidence Index (CCI), Standard & Poor's 500 Stock Index (S & P 500), dll.
China tak terbendung, setelah berhasil mengatur kebijakan ekonomi dalam negeri kini dia sementara bergerak untuk mengatur ekonomi dunia -- dan Panda pun terus bermetamorfosis.
Penulis
Jerry Mauri,
Kandidat Doktor di Northeast Forestry University; Akuntan, Guru dan Dosen di lingkungan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Indonesia
Anggota Dewan Pembina PPIT Cabang Harbin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H