Mohon tunggu...
PPI TIONGKOK
PPI TIONGKOK Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Kebijakan Populasi China

24 September 2018   22:12 Diperbarui: 26 September 2018   00:53 3840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penduudk China. Reuters/stringer

Saat ini pemerintah China sedang mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan baru dalam rangka menstimulus angka kelahiran. Kebijakan tersebut adalah independent fertility dimana masyarakat China tidak memiliki batasan jumlah anak dalam setiap keluarga.

Kebijakan tersebut diprediksikan akan diterapkan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan dan paling lambat awal 2019. Karena semakin meningkatnya kekhawatiran terhadap kekurangan angkatan kerja yang menghantui ekonomi China.

Sebenarnya pemerintah China telah menempuh berbagai langkah untuk meningkatkan angka kelahiran. Selain penerapan kebijakan two child policy, pemerintah China juga menerapkan pembatasan usia menikah dan izin cuti yang panjang, baik untuk cuti menikah atau cuti melahirkan.

Untuk mendorong meningkatnya angka kelahiran, pemerintah masing-masing provinsi di China menerapkan batasan umur dalam menikah. Bagi laki-laki yang menikah sebelum usia 27 tahun dan perempuan yang menikah sebelum usia 25 tahun, mereka dapat menikmati izin cuti yang panjang hingga 30 hari.

Sedangkan untuk cuti hamil dan melahirkan, pemerintah masing-masing provinsi di China memberikan izin cuti yang panjang antara 128 hari hingga 160 hari. Reward ini diberlakukan dengan tujuan untuk mendorong para pasangan di China tertarik memiliki lebih dari satu anak karena mendapatkan izin cuti yang panjang.

Namun penerapan berbagai kebijakan tersebut belum terbukti berhasil meningkatkan angka kelahiran sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah China. Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi ketidakberhasilan kebijakan pemerintah China tersebut.

Faktor pertama, masyarakat China telah terbiasa dengan kebijakan satu orang anak selama hampir empat dekade. Untuk mendobrak norma kebiasaan tersebut tentu tidaklah mudah. Karena kebijakan tersebut telah mengakar dalam kurun waktu yang cukup lama.

Kedua, biaya hidup yang tinggi. Kesejahteraan adalah masalah krusial yang dikhawatirkan oleh masyarakat China untuk memiliki lebih dari satu anak. Biaya hidup yang tinggi tentunya menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat China untuk memiliki lebih dari satu anak. 

Semakin banyak anak akan menambah biaya perawatan yang harus dikeluarkan. Mereka khawatir tidak dapat memiliki kehidupan yang layak bila memiliki banyak anak. Apalagi nilai properti di China sangat tinggi dan tidak semua orang dapat memiliki rumah karena harganya yang selangit.

Ketiga adalah faktor kesenjangan ekonomi antar provinsi. Sudah menjadi rahasia umum bila terdapat perbedaan yang tajam antar daerah di China. Wilayah China bagian tenggara memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik daripada wilayah China bagian barat laut. 

Hal ini bisa dilihat melalui Aihui Tengchong Line yang menggambarkan densitas penduduk China yang terkonsentrasi di wilayah tenggara China dibanding wilayah barat laut. Konsentrasi penduduk tersebut terjadi karena daerah tenggara China merupakan pusat industri yang menyediakan banyak lapangan kerja dan kontur tanahnya yang datar serta tidak berbukit sebagaimana wilayah barat laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun