Mohon tunggu...
Revina Salsabilah Harahap
Revina Salsabilah Harahap Mohon Tunggu... Lainnya - Office Admin

infinity

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Suriah di Timur Tengah: Tantangan dan Dampak Geopolitik

7 Desember 2024   14:32 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:49 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis ini berdampak pada keamanan regional dan global. Munculnya kelompok-kelompok ekstremis seperti ISIS dan Al-Nusra Front selama konflik ini menjadikan Suriah sebagai tempat lahirnya terorisme yang mengancam tidak hanya negara-negara tetangga, tetapi juga negara-negara jauh seperti Eropa dan AS. Aksi teror yang berasal dari Suriah telah memicu respons militer dan keamanan yang lebih ketat di berbagai negara, menciptakan siklus kekerasan yang berkelanjutan. Perang melawan terorisme ini berpotensi memperpanjang konflik dan menciptakan ketidakstabilan di kawasan yang lebih luas.

Krisis ini juga berdampak pada lingkungan, krisis Suriah telah menyebabkan dampak lingkungan yang signifikan. Pertama, kerusakan infrastruktur seperti sistem air dan sanitasi telah mencemari sumber daya air dan tanah, mengancam kesehatan masyarakat. Kedua, eksploitasi berlebihan sumber daya alam, termasuk penebangan hutan untuk kebutuhan mendesak, memperburuk degradasi lingkungan dan mengancam keanekaragaman hayati. Ketiga, aktivitas militer telah meningkatkan pencemaran udara dan tanah melalui penggunaan senjata berat dan bahan kimia. Selain itu, konflik memperburuk kekurangan air yang sudah ada, dengan banyak sumber air tercemar. Gelombang pengungsi juga memberikan tekanan pada sumber daya alam negara-negara tetangga, menyebabkan degradasi lebih lanjut. Terakhir, kerusakan infrastruktur dan ketidakstabilan membuat masyarakat kurang siap menghadapi bencana alam, memperparah dampak bencana tersebut. Upaya pemulihan lingkungan di Suriah memerlukan perhatian mendalam dari komunitas internasional.

Akhirnya, dampak politik dari krisis ini sangat mendalam. Ketidakstabilan di Suriah telah memicu ketegangan di negara-negara tetangga dan mengubah aliansi politik di kawasan. Negara- negara seperti Turki, yang berbagi perbatasan dengan Suriah, telah menghadapi tantangan keamanan yang baru dan mengubah kebijakan luar negeri mereka. Turki, misalnya, telah meluncurkan beberapa operasi militer di utara Suriah untuk mengatasi ancaman kelompok Kurdi yang dianggapnya berbahaya. Selain itu, ketegangan antara negara-negara besar, seperti AS dan Rusia, telah meningkat, dengan masing-masing pihak berusaha untuk memperkuat posisinya di kawasan.

Keterlibatan Amerika Serikat
Keterlibatan Amerika Serikat dalam krisis Suriah dimulai pada awal konflik, ketika pemerintah AS berusaha untuk mendukung gerakan oposisi yang menuntut reformasi politik. AS menganggap rezim Assad sebagai penghalang bagi stabilitas di kawasan dan berusaha untuk mempromosikan demokrasi. Namun, seiring berjalannya waktu, pendekatan AS menjadi lebih kompleks, terutama ketika ISIS muncul sebagai ancaman besar.
Pada tahun 2014, ketika ISIS menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak, AS meluncurkan kampanye militer untuk menghancurkan kelompok teroris tersebut. AS membentuk koalisi internasional yang terdiri dari berbagai negara untuk melakukan serangan udara dan memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok tempur di lapangan, termasuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi oleh Kurdi. Dukungan ini bertujuan untuk mengalahkan ISIS dan mencegah penyebaran ekstremisme di kawasan.

Namun, keterlibatan AS di Suriah tidak tanpa kontroversi. Kebijakan AS sering kali bertentangan dengan kepentingan negara-negara lain, seperti Turki, yang menganggap kelompok Kurdi sebagai ancaman. Ketegangan ini menciptakan dinamika yang rumit, di mana AS berusaha untuk menyeimbangkan dukungan terhadap kelompok oposisi dengan kebutuhan untuk menjaga hubungan baik dengan sekutu regional. Selain itu, keputusan AS untuk menarik pasukannya pada

tahun 2019 menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kebangkitan ISIS dan dampak terhadap stabilitas di Suriah utara.
Keterlibatan AS di Suriah juga mencerminkan tantangan yang lebih luas bagi kebijakan luar negeri Amerika. Di satu sisi, AS berusaha untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi di sisi lain, mereka sering kali terpaksa berkompromi dengan realitas geopolitik yang kompleks. Hal ini menciptakan dilema bagi pemerintah AS dalam menentukan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan jangka panjang di kawasan.

Krisis Suriah adalah salah satu konflik paling kompleks dan menghancurkan di abad ke- 21, dengan dampak yang meluas di tingkat kemanusiaan, ekonomi, sosial, dan politik. Latar belakang konflik yang berakar pada ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan, dipadukan dengan dimensi geopolitik yang melibatkan berbagai kekuatan asing, telah menciptakan situasi yang sulit untuk diselesaikan. Dampak dari perang ini akan terasa dalam waktu yang lama, tidak hanya di Suriah tetapi juga di kawasan Timur Tengah dan seluruh dunia. Untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, diperlukan upaya kolaboratif dari semua pihak, baik di dalam negeri maupun internasional, untuk mendukung proses rekonstruksi dan rekonsiliasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun