Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

Hai, salam kenal! Saya Santuso, seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik Islam ideologis. Konten blog ini saya tulis untuk berbagi inspirasi, informasi, stori, dan nasihat islami. Bila bermanfaat, silakan disebarluaskan. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Mudah Memahami Gaya Bahasa Personifikasi, Hiperbola, dan Metafora

17 Agustus 2021   11:36 Diperbarui: 17 Agustus 2021   11:44 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya perbuatan dan berpakaian yang bisa bergaya agar tampil keren, berbahasa pun ada gayanya juga. Berbahasa (lisan atau tulis) juga perlu gaya agar kalimat yang diucapkan atau yang ditulis dirasa menarik. Hal itulah disebut majas atau gaya bahasa. Gaya bahasa itu banyak macamnya, di antaranya yaitu gaya bahasa personifikasi, hiperbola, dan metafora.

Mungkin, sebagian orang merasa kesulitan dalam mempelajari gaya bahasa. Nah, maka dari itu, yuk simak cara mudah memahami gaya bahasa personifikasi, hiperbola, dan metafora berikut ini.

 

A. Majas Personifikasi

Majas Personifikasi adalah gaya dalam berbahasa yang menceritakan benda tidak bernyawa seolah-olah bisa melakukan aktivitas seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi biasa digunakan dalam cerita prosa seperti cerpen, novel, dan sebagainya. Tujuan penggunaan gaya bahasa personifikasi yaitu agar cerita yang disampaikan bisa lebih menarik dan tidak monoton.

Contoh kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi

(a) Bangunlah sebelum matahari datang menyapamu!

(b) Kulihat ombak di laut itu saling berkejar-kejaran.

(c) Daun itu melambai-lambai ditiup angin.

Kalimat (a) di atas adalah kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi karena menyebut matahari --sebagai benda mati-- melakukan aktivitas seperti manusia yaitu menyapa. Maksud kalimat (a) adalah memerintah seseorang agar bangun sebelum matahari terbit (supaya bisa sholat subuh).

Kalimat (b) di atas adalah kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi karena menyebut ombak --sebagai benda mati-- melakukan aktivitas seperti manusia yaitu berkejar-kejaran. Maksud kalimat (b) adalah menceritakan pengalamanku melihat ombak di laut yang ditiup angin.

Kalimat (c) di atas adalah kalimat yang mengandung gaya bahasa personifikasi karena menyebut daun --sebagai benda mati-- melakukan aktivitas seperti manusia yaitu melambai-lambai. Maksud kalimat (c) adalah menceritakan daun yang bergerak karena ditiup angin.

B. Majas Hiperbola

Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu atau membesar-besarkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini sering digunakan oleh kebanyakan orang, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam karya sastra (seperti cerpen dan novel). 

Tujuan penggunaan gaya bahasa hiperbola adalah a) agar sesuatu yang kita sampaikan tampak hebat, b) membuat orang lain takjub dan terpengaruh (ter-sugesti), serta c) memberikan humor atau semangat kepada orang lain.

Contoh penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam kehidupan sehari-hari

(a) Panasnya cuaca siang ini membuat kepalaku mendidih.

(b) Saat kau mengagetkanku, rasanya, jantungku hampir copot.

(c) Kamu bawa apa saja? Berat tasmu itu seribu ton.

Kalimat (a) di atas menceritakan bahwa cuaca yang panas membuat kepala mendidih. Kalimat ini menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung sesuatu yang berlebihan yaitu "kepalaku mendidih". 

Dalam kenyataannya, sepanas apapun cuaca, tidak akan membuat kepala mendidih. Jika kepala mendidih, pasti membuat orang tersebut meninggal. Maksud dari kalimat (a) yakni menceritakan cuaca panas yang membuat kepala juga kepanasan, bukan mendidih.

Kalimat (b) di atas menceritakan bahwa setelah dikageti, jantungku terasa hampir copot atau lepas. Kalimat ini juga menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung sesuatu yang berlebihan yaitu "jantungku hampir copot". 

Dalam kenyataannya, sekaget apapun orang, tidak akan membuat jantung copot atau lepas. Sebab, jantung melekat di dalam tubuh manusia. Bagaimana mungkin bisa copot hanya karena dikageti? Maksud dari kalimat (b) yakni menceritakan keadaan kaget yang membuat jantung berdebar-debar, bukan copot.

Kalimat (c) di atas menceritakan bahwa seseorang bertanya kepada temannya terkait tasnya yang beratnya seribu ton. Kalimat ini juga menggunakan gaya bahasa hiperbola karena mengandung sesuatu yang berlebihan yaitu "seribu ton". 

Dalam kenyataannya, seberat apapun tas yang dibawa, tidak akan sampai berton-ton, apalagi sampai seribu ton. Maksud dari kalimat (c) yakni menceritakan tas yang sangat berat sekali karena banyak barang yang dibawa.

C. Gaya Bahasa Metafora

Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Catatan: ketika menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, gaya bahasa metafora tidak menggunakan kata: seperti, bagaikan, ibarat, bak, dan laksana. Gaya bahasa metafora dapat juga menggunakan kata kiasan atau idiom. 

Sebab, kata kiasan sejatinya ialah mengkiaskan (menyamakan) suatu objek dengan sebuah ungkapan. Orang menggunakan gaya bahasa metafora saat menulis cerita atau berbicara agar terasa indah dan menarik.

Contoh kalimat bergaya bahasa metafora yang menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain yaitu:

(a)  Ibuku adalah malaikat bagiku.

(b) Ibuku seperti malaikat bagiku

Kalimat (a) menyebutkan bahwa ibu disamakan dengan malaikat. Karena kalimat di atas menyamakan sesuatu (yaitu: ibu) dengan sesuatu yang lain (yaitu: malaikat), maka kalimat di atas menggunakan gaya bahasa metafora.

Kalimat (b) bukan gaya bahasa metafora karena menggunakan kata seperti. Padahal gaya bahasa metafora tidak boleh menggunakan kata-kata: seperti, bagaikan, ibarat, bak, dan laksana. Jika mengandung kata-kata tersebut, bukan lagi termasuk gaya bahasa metafora, melainkan sudah masuk dalam kategori gaya bahasa simile.

Contoh kalimat bergaya bahasa metafora yang menggunakan kata kiasan yaitu:

(c) Karena rajin belajar, Fildza berhasil menjadi bintang kelas

(d) Raja hutan itu mengaum sangat keras.

Pada kalimat (c) di atas, terdapat kata kiasan yaitu bintang kelas. Arti bintang kelas adalah siswa yang paling hebat atau pandai di kelas. Karena menyamakan sesuatu (yaitu: Fildza) dengan sesuatu yang lain (yaitu: bintang kelas), maka kalimat (c) mengandung gaya bahasa metafora.

Pada kalimat (d) di atas, terdapat kata kiasan yaitu raja hutan. Arti raja hutan adalah hewan yang paling kuat di hutan. Kita pun akan tahu bahwa maksud dari raja hutan ialah hewan yang bernama singa. Kalimat tersebut sebenarnya menyebut singa tapi diungkapkan dengan kata kiasan atau idiom yaitu raja hutan. 

Maka dari itu, pada kalimat tersebut, singa sebenarnya disamakan dengan raja hutan. Karena itulah, kalimat tersebut dikatakan mengandung gaya bahasa metafora.

Pada intinya, jika dalam suatu kalimat menggunakan kata kiasan atau idiom, berarti kalimat tersebut juga termasuk gaya bahasa metafora. Di samping itu, agar bisa berkreasi membuat gaya bahasa metafora, salah satu caranya ialah juga harus mempelajari kata kiasan / ungkapan / idiom yang terdapat dalam bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun