Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik idealis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Isra Mikraj, Belajar Meraih Keimanan yang Kuat dari Abu Bakar

16 Maret 2021   08:15 Diperbarui: 16 Maret 2021   11:45 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemungkinan pertama tertolak dan tidak masuk akal. Pasalnya, di dalam Al-Qur'an sendiri terdapat ayat yang menantang orang Arab untuk membuat ayat-ayat yang menyerupai Al-Qur'an. Kenyataannya hingga kini, tidak ada dan tidak akan pernah ada yang mampu membuat Al-Qur'an tandingan.

"Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 23).

Adapun kemungkinan yang kedua juga tertolak karena tiga sebab. Sebab pertama, Muhammad termasuk orang Arab sehingga jika sekiranya Muhammad tidak yakin dengan Al-Qur'an yang dibawanya sendiri, secara otomatis beliau juga ditantang untuk membuat Al-Qur'an tandingan. Sebab kedua, Muhammad adalah orang yang umi (tidak bisa baca tulis) sehingga tidak masuk akal jika beliau bisa membuat Al-Qur'an. Sebab ketiga, gaya bahasa Al-Qur'an berbeda dengan gaya bahasa hadits sehingga bagaimana mungkin ada seseorang yang memiliki dua gaya bahasa yang berbeda dan dengan konsisten keduanya digunakan setiap hari.

Kemungkinan pertama dan kedua tertolak setelah dibuktikan dengan akal. Oleh sebab itu, secara otomatis tidak ada kemungkinan lagi kecuali kemungkinan ketiga yaitu Al-Qur'an dibuat oleh Allah subhanahu wa ta'ala sehingga disebut kalamullah.

Kita dapat belajar dari kisah Umar bin Khattab masuk Islam. Ketika ia marah mendapati adiknya telah masuk Islam, Umar akhirnya membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang disembunyikan oleh saudaranya itu. Pada saat itu, ia membaca surat Thaha. Setelah dibaca, Umar merasa bahwa kalimat-kalimat dalam Al-Qur'an berbeda dengan syair-syair buatan orang Arab. Dari situ, Umar benar-benar yakin bahwa Al-Qur'an bukan buatan manusia, melainkan buatan Allah. Sejak saat itu pula, Umar menemui Rasulullah untuk menyatakan keislamannya dan berjuang bersama rasul agar Al-Qur'an bisa diterapkan secara totalitas dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat, hingga negara.

Setelah kita benar-benar yakin bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah, kita pastinya juga yakin dengan isi Al-Qur'an. Dengan begitu, secara otomatis juga kita meyakini secara pasti rukun iman yang lain yang terdapat di dalam Al-Qur'an yaitu iman kepada malaikat, kitab-kitab sebelum Al-Qur'an, rasul-rasul sebelum Muhammad, hari akhir, serta qadha dan qadar.

Demikian penjelasan cara memperoleh keimanan yang kuat melalui proses berpikir. Iman kepada Allah, Rasulullah, dan kitab Al-Qur'an harus dibuktikan dengan amal perbuatan yaitu dengan ikut berjuang (berdakwah) untuk menegakkan Islam. Semoga iman ini tetap terjaga hingga ajal menjemput. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun