Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

Hai, salam kenal! Saya Santuso, seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik Islam ideologis. Konten blog ini saya tulis untuk berbagi inspirasi, informasi, stori, dan nasihat islami. Bila bermanfaat, silakan disebarluaskan. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik Anak dengan Cara Kekerasan Ternyata Lebih Banyak Dampak Negatifnya

21 September 2020   15:51 Diperbarui: 21 September 2020   18:55 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda halnya dengan anak yang memiliki mental yang kuat, ia akan lebih bandel atau sulit diatur saat berada di lingkungan luar rumah, seperti di sekolah. Alasannya, si anak akan merasa bebas untuk melakukan apapun  jika berada di luar rumah tanpa adanya kekangan atau perlakukan kasar dari orang tuanya.

Lebih lanjut, dampak negatif dari mendidik anak dengan cara kekerasan ini ialah si anak akan cenderung berkuasa saat berada di luar rumahnya. Pada dasarnya, hal itu sebenarnya wajar dimiliki setiap anak. Sebab, setiap orang memiliki naluri untuk mempertahankan eksistensi diri (gharizah baqo’). Naluri ini membuat seseorang melakukan segala upaya agar bisa mempertahankan harga diri, bertahan hidup, dan bisa eksis.

Meskipun demikian, satu hal yang menjadi tidak wajar ialah keinginan untuk berkuasa ini kerap diiringi dengan perbuatan-perbuatan negatif, seperti berbuat onar, usil, dan sebagainya. Hal itu sebagai bentuk pelampiasan dari anak terhadap perlakuan yang diterimanya di rumah. Maka dari itu, ia akan melampiaskannya kepada orang lain yang ia nilai lebih lemah dari dirinya.

Tolong para orang tua untuk lebih bersabar dalam mendidik anaknya dengan tanpa kekerasan. Kami selaku guru di sekolah menjadi pihak yang juga terdampak dari cara Anda mendidik anak dengan kekerasan. Perlu Anda ketahui, para guru tidak mudah membalikkan perilaku anak menjadi positif jika pendidikan di rumah tetap saja dengan cara kekerasan.

Pengalaman penulis beberapa kali mendapati siswa yang sulit diatur di sekolah lantaran pendidkan yang diterimanya di rumah dengan cara kekerasan. Bahkan, ada juga cerita orang tua memindahkan sekolah anaknya karena dia menganggap para guru di sini tidak mampu mendidik dan memperbaiki sifat anaknya.

Hmmm.... Padahal mengubah seseorang itu bukan hal yang instan. Bahkan, penulis dapati informasi bahwa sehari anak itu pindah sekolah, pada hari itu juga ia telah membuat seorang siswi di sekolah barunya itu menangis karena ulahnya. Hadeuh! Semoga orang tua seperti ini bisa segera sadar dan berubah ya!

3. Potensi tidak berkembang

Dampak negatif selanjutnya ialah membuat potensi anak tidak berkembang. Perlu diketahui bahwa potensi manusia itu ada tiga, yaitu (1) akal; (2) kebutuhan jasmani; dan (3) kebutuhan naluri. Adapun kebutuhan naluri itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu (a) naluri beragama (gharizah tadayyun); (b) naluri mencintai atau menyayangi (gharizah nau’); dan (c) naluri mempertahankan eksistensi diri (gharizah baqo’).

Jika dikaitkan dengan pembahasan dalam artikel ini, orang tua yang mendidik anak dengan cara kekerasan itu pada dasarnya telah mencoba menghancurkan naluri mempertahankan eksistensi diri (gharizah baqo’). Wujud dari naluri ini ialah membuat seseorang melakukan segala upaya agar bisa mempertahankan harga diri, bertahan hidup, dan bisa eksis. Semua itu bisa terwujud jika seseorang tidak merasa terancam.

Karena mendidik dengan cara kekerasan inilah, seorang anak akan selalu merasa terancam terhadap perlakuan orang tuanya. Akibatnya, naluri ini tidak bisa disalurkan secara maksimal. Akibat selanjutnya ialah jiwa kepemimpinan si anak akan lemah karena ia akan dibayang-bayangi rasa takut atau karena dia begitu penurut (karena keinginan mencari aman) sehingga tidak bisa memimpin orang lain. Akibat yang lainnya ialah si anak menjadi kurang rasa percaya diri. Si anak juga akan cenderung emosional karena naluri ini selalu dikekang di rumah.

Bukan hanya itu saja, dampak negatif lainnya ialah bisa menghancurkan naluri mencintai atau menyayangi (gharizah nau’). Naluri ini ada di dalam diri manusia dengan wujud perasaan sayang dan cinta. Jika orang dewasa, wujud naluri ini ialah mencintai pasangan (suami / istri). Sedangkan, untuk anak-anak, wujud naluri ini ialah menyayangi orang tuanya. Namun, anak yang selalu dididik dengan cara kekerasan itu akan berdampak pada hancurnya naluri ini. Mungkin saja akibatnya tidak dirasakan sekarang. Namun, bisa jadi dampak itu akan dirasakan pada masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun