Mohon tunggu...
Santuso
Santuso Mohon Tunggu... Guru - pendidik generasi khoiru ummah

Hai, salam kenal! Saya Santuso, seorang pemuda yang sedang belajar menjadi penulis, linguis, jurnalis, aktivis, dan pendidik Islam ideologis. Konten blog ini saya tulis untuk berbagi inspirasi, informasi, stori, dan nasihat islami. Bila bermanfaat, silakan disebarluaskan. Terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Karakteristik Masyarakat Suku Madura

19 Juli 2020   15:51 Diperbarui: 24 Mei 2021   06:33 8009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari catatanintim.blogspot.com

Suku Madura adalah salah satu suku bangsa asli dari Indonesia yang banyak mendiami pulau Madura dan wilayah Tapal Kuda Provinsi Jawa Timur. Sebagai suku bangsa terbesar keempat setelah Jawa, Sunda, dan Bali, suku Madura tentu memiliki karakteristik tersendiri yang unik yang membedakan dengan suku yang lainnya. Berikut ini karakteristik suku Madura berdasarkan pengetahuan penulis yang sekaligus sebagai orang Madura.

1. Menjunjung Tinggi Harga Diri

Setiap suku bangsa pastinya memiliki harga diri yang harus dijunjung tinggi sebagai bentuk perwujudan dari naluri mempertahankan diri (gharizah baqo'). Semua orang yang dihina pasti akan marah, baik marah sebatas di hati atau dengan melakukan aksi. Namun, satu hal yang membedakan yaitu suku Madura memegang prinsip peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata yang artinya lebih baik mati daripada malu.

Implementasi dari prinsip tersebut ialah saat mereka dihina, mereka akan malu. Pada saat itulah, orang madura akan melawan orang yang menghinanya. Jika pada umumnya orang yang bertengkar disebut berkelahi, maka istilah yang dipakai di suku ini adalah carok. Istilah ini berarti berkelahi dengan menggunakan senjata khas Madura yaitu celurit dan berakhir jika salah satu pihak mati terbunuh.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang Madura yang mulai mengenyam pendidikan, mulai mengerti agama terutama agama Islam, dan mulai mengerti tentang hukum, tradisi carok ini sudah mulai luntur. Tetapi, mereka pada dasarnya tetap bereaksi jika dihina atau dibuat malu atau dibuat marah meskipun tidak sampai mengajak carok. Hal ini pernah saya temui langsung di masyarakat.

2. Mayoritas Beragama Islam

Masyarakat suku Madura hampir 100% memeluk agama Islam. Bahkan, agama ini telah mengubah mereka ke arah yang lebih baik. Sebagai contoh, dengan Islam, orang Madura belajar bersabar saat dihina atau marah sehingga tidak sampai carok. Islam juga memengerahui budaya mereka. 

Sebagai contoh, setiap rumah adat Madura yaitu tanean lanjhang pasti memiliki mushola yang digunakan tempat untuk sholat, tasyakuran, dan sebagainya. Selain itu, masyarakat Madura dikenal rajin dan taat terhadap perintah agama. Seperti yang pernah saya ketahui dan saksikan, mereka banyak mendirikan pondok pesantren. Sebagian dari mereka juga berusaha untuk menabung agar bisa berangkat ke baitullah untuk menunaikan ibadah haji.

3. Memuliakan Tamu

Salah satu sifat yang patut ditiru dari suku Madura adalah suka memuliakan tamu. Setiap ada tamu yang datang, orang Madura pasti akan menyiapkan makanan berat (bukan hanya kudapan / snack), apalagi tamu yang jauh. Satu hal yang harus Anda ketahui bahwa orang Madura akan merasa terhormat jika si tamu mau menghabiskan makanan yang disajikannya. 

Jika tidak dihabiskan atau tidak dimakan sedikit pun, bagi mereka hal itu tidak menghormatinya sehingga membuat pemilik rumah berpandangan negatif kepada tamu tersebut. Jadi, jika Anda bertamu di rumah orang Madura dan disuguhi sepiring nasi, Anda harus menghabiskan itu. Jangan sampai tersisa ya, hehehe.

4. Sebutan Sanggit

Suku Madura menggunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi sehari-hari. Adapun bahasa ini memiliki empat dialek besar, yaitu dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Setiap dialek-dialek ini memiliki sedikit perbedaan atau variasi bahasa. 

Bagi orang Madura, mendengarkan orang Madura lain yang bahasanya agak berbeda itu adalah aneh. Sebagai contoh, jika ada orang Madura dialek Sumenep berbicara atau mendengarkan orang Madura dialek Sampang, maka masing-masing dari mereka akan mengecap lawan bicaranya dengan sebutan sanggit (aneh).

5. Rajin dan Pekerja Keras

Orang Madura sangat rajin dalam bekerja. Meskipun penghasilannya minim, namun mereka tetap tekun menjalani pekerjaannya. Bahkan, sekecil apapun penghasilannya, ada juga orang Madura yang masih bisa menabung hingga sampai bisa menunaikan ibadah haji. Mereka harus rajin dan menjadi pekerja keras supaya bisa mencukup kebutuhan keluarganya agar tidak sampai mengemis atau meminta-minta yang bisa menjatuhkan harga diri.

6. Peduli Terhadap Sesamanya

Orang Madura memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama orang Madura. Mereka sangat care dengan sesama orang Madura dengan saling berbagi makanan. Bagi mereka, jika ada seseorang (misal si A) mendapat pemberian (biasanya berupa makanan) dari orang lain (misal si B), maka dalam benak si A akan merasa berkewajiban untuk membalas pemberian si B. Termasuk juga dalam berkunjung atau bertamu, ada saling balas-berbalas.

Rasa solidaristas itu semakin kuat jika sedang di luar kampung halamannya, seperti di perantauan. Jika ada dua orang Madura atau lebih bertemu di perantauan, maka ikatan, rasa simpati, dan empati muncul sebagai sesama orang Madura. Mereka biasanya menyebut tretan dibik (saudara sendiri). Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak care dengan selain orang Madura lho ya.

7. Tegas dan Blak-Blakan

Jika orang Jawa pandai menyembunyikan amarah supaya tidak terjadi pertengkaran sebagaimana filosofi blangkon yang mereka pakai, maka berbeda lagi dengan orang Madura. Apabila ada unek-unek, orang Madura langsung menyampaikannya kepada orang yang dituju. Termasuk juga jika dia marah kepada seseorang, maka marahnya dia itu disampaikan kepada orang tersebut. Namun, hal ini tidak berlaku untuk semua orang Madura ya. Tetapi pada intinya, mereka tidak malu-malu jika ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

8. Stereotip dan Gaya Bicara

Setiap suku bangsa pastinya memiliki stereotip yang dibuat oleh orang luar atas penginderaan yang tidak lengkap dan mendalam. Salah satu stereotip dari orang luar kepada orang Madura adalah orang Madura itu pemarah. Rupanya hal ini yang menjadikan orang luar takut kepada orang Madura, terlebih dengan adanya istilah carok yang pernah mereka dengar. Anggapan ini belum sepenuhnya benar ya. Sebab, alasan mereka memberikan stereotip itu didasarkan pada gaya bicara orang Madura yang keras (volumenya) terdengar seperti orang berteriak dan marah.

Gaya bicara orang Madura memang terdengar keras (volumenya). Bahkan mereka yang niatnya hanya mengobrol dua orang, beberapa orang tetangganya bisa mendengar obrolan mereka. Meskipun demikian, bukan berarti mereka itu sedang marah lho ya. Hal itu sudah menjadi kebiasan bagi orang Madura.

Akibat stereotip ini, pernah ada seseorang (berasal dari Jogja) yang bercerita kepada saya tentang ketakutannya kepada orang Madura saat pertama kali tinggal di wilayah tapal kuda. Saat dia makan di warung milik orang Madura dan ingin memesan segelas minuman. "Buk, air teh satu ya," katanya. 

Kemudian si ibu tersebut menyampaikan kepada suaminya dengan bahasa Madura "Pak, teh sittong." Seketika itu juga orang tersebut sangat ketakutan karena dikira akan diambilkan air teh satu gentong. Anggapannya, jika teh satu gentong itu tidak dihabiskan, akan membuat orang Madura marah dan mengajaknya untuk carok. Hahaha....

9. Lucu dan Konyol

Satu hal yang tidak boleh ketinggalan ialah cerita-cerita lucu dan konyol sehubungan dengan orang Madura yang saya dapati dan ketahui sendiri. Saat ada orang Madura yang tidak begitu lancar menguasai bahasa kedua (seperti bahasa Jawa atau bahasa Indonesia), terkadang ada saja kelucuan yang terjadi. Kelucuan itu bisa berupa membahasa-Indonesiakan kata-kata dalam bahasa Madura atau pun sebaliknya, membahasa-Madurakan kata-kata dalam bahasa Jawa/Indonesia.

Cerita kelucuan tersebut misalnya, ada seorang perempuan membeli kerupuk dengan memakai bahasa Indonesia, pemilik tokonya mengatakan, "kerupuknya ayam, mbak". Dia berpikir dalam perjalanannya menuju pulang, maksud perkataan pemilik toko tersebut. Karena dia juga mengerti bahasa Madura, akhirnya dia sadari bahwa maksud pemilik toko itu adalah kerupuknya bukan dimakan ayam, tetapi kerupuknya melempem (tidak renyah lagi). [Pemilik warung tadi mengatakan ayam padahal maksudnya adalah ayem dalam bahasa Madura]. Wkwkwk.

Cerita lain yang pernah saya dapatkan yaitu ada orang Madura yang ingin membeli sesuatu di warung dan pemilik warungnya mengatakan dalam bahasa Jawa bahwa barang tersebut habis. "Entek," katanya. Berhubung pembelinya tidak mengerti bahasa Jawa, sehingga dia mengira pemilik warung mengatakan "Dentek" (artinya: tunggu). Akhirnya dia menunggu hingga agak lama, wkwkwkwk.

Selain itu, orang Madura ahli dalam mengubah lirik lagu, apalagi lagu India, hehehe. Anda bisa mendengarkan lagu-lagu dangdut hasil gubahan mereka terhadap lagu India. Jika mengerti arti liriknya, Anda pasti akan tertawa.

10. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Perempuannya

 Perempuan suku Madura akan selalu tinggal bersama orang tuanya. Jika dia menikah, maka orang tuanya akan membangunkan rumah di samping atau perempuan tersebut tinggal serumah dengan mereka. Hal ini sudah menjadi kewajiban bagi orang tua jika memiliki anak perempuan. Nah, bagi Anda yang mendapat jodoh istri Madura, maka Anda akan tinggal bersama keluarga si istri.

11.   Makanan Asin dan Pedas

 Jika berhubungan dengan makanan, ciri khas dari makanan orang Madura asli adalah berasa agak asin. Hal itu mungkin karena faktor geografis bahwa orang Madura berasal dari Pulau Madura yang keempat kabupatennya dikelilingi oleh laut. Selain itu, orang Madura juga suka makanan pedas. Bagi Anda, orang luar yang baru pertama bertamu ke rumah orang Madura, bersiaplah mencicipi makanan dengan cita rasa yang agak asin ya. Hehehe.

12. Nama Berubah Setelah Punya Anak

Satu lagi budaya orang Madura adalah nama seseorang akan berubah saat mempunya anak. Mereka akan memangil orang lain dengan nama anak pertamanyanya. Sebagai contoh, seseorang suami istri bernama Abdul dan Siti, kemudian punyai anak pertama bernama Hamid. Maka, selanjutnya dia akan dipanggil Pak Hamid dan Bu Hamid. Inilah salah satu bukti kalau Islam sangat berpengaruh dan melekat dalam suku Madura ini. 

13. Saudara karena Silaturahim

Tradisi lainnya dari masyarakat Madura ialah suka menyambung tali persaudaraan atau silaturahim dengan cara saling berkunjung ke rumah saudaranya. Mereka satu sama lain merasa dianggap saudara jika saling berkunjung atau bertamu. Bahkan, orang lain yang bukan saudara sekali pun akan dianggap saudara jika menjalin ikatan dengan saling berkunjung ke rumah. Begitu pula sebaliknya, saudara dekat juga bisa dianggap orang asing jika tidak pernah berkunjung ke rumah saudaranya.

14. Sebutan Kakak-Adik

Pada umumnya, sebutan kakak-adik ditentukan dari faktor umur. Jika umurnya lebih tua, ia akan dipanggil kakak. Sebaliknya, jika umurnya lebih muda, ia akan dipanggil adik. Namun, hal itu tidak berlaku secara umum dalam budaya Madura. Sebutan kakak-adik karena faktor usia berlaku untuk saudara kandung dan orang asing saja. Adapun antar sepupu, penyebutan kakak-adik ditentukan dari usia orang tuanya. Misal, usia kita lebih tua daripada usia sepupu kita tapi orang tuanya (paman/bibi kita) berusia lebih tua daripada orang tua kita, maka kita memanggil sepupu kita itu dengan sebutan kakak. Begitu pula sebaliknya.

Demikian karakteristik orang Madura. Selain di atas, masih banyak lagi karakteristik- karakteristik lain dari orang Madura. Satu hal yang pasti, tidak semua orang Madura memiliki karakteristik lengkap seperti di atas, tetapi ada yang memilikinya sebagian. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh faktor lain. Semoga dengan mempelajari ini, kita bisa lebih dekat mengenal karakteristik orang Madura agar tidak salah paham lagi ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun