"Sungguh, kami telah mengenal seluruh syair..... Yang ringkas maupun yang panjang, namun dia (Alquran) bukanlah syair. Sungguh kami telah menyaksikan tukang-tukang sihir dengan sihir mereka, namun dia (Alquran) bukanlah hembusan-hembusan dan buhul-buhul tali yang mereka gunakan untuk menyihir. Demi Allah, ucapannya sungguh manis, akarnya benar-benar subur, dan cabangnya benar-benar berbuah."
Berdasarkan hal tersebut, Alquran bukanlah sihir, namun Alquran justru mengalahkan sihir. Hal itu bisa kita saksikan saat ini bagaimana ayat-ayat suci Alquran bisa menyembuhkan orang yang terkena sihir atau kerasukan jin dengan metode ruqyah.
Baca juga : 3 Kemulian bagi Pembaca Al Quran
Ketiga, Mengalahkan Bahasa Ibu
Alquran banyak dihafal oleh kaum muslimin, bahkan sebelum mereka akil baligh. Misalnya saja, Muhammad Sultan Al-Fatih (penakluk konstantinopel) hafal Alquran 30 juz pada usia 8 tahun.Â
Imam Syafi'ie hafal Alquran pada usia 7 tahun. Begitu pula, banyak lagi hafidz-hafidz kecil yang bisa kita saksikan pada era sekarang.
Rerata anak-anak pada usia 3-4 tahun mampu menguasai bahasa ibu sejumlah 1.250 kosa kata dan terus bertambah 50 kosa kata tiap bulannya. Adapun jika disamakan umur menjadi 8 tahun, berarti bertambah 4 tahun lagi yang mana tiap 1 bulan bertambah 50 kosa kata sehingga (4 tahun x 12 bulan) menjadi 48 bulan; lalu 48 dikali 50 kosa kata menjadi 2.400.
Berarti pada usia 8 tahun, rerata seorang anak mampu menguasai 1.250+2.400= 3.650 kosa kata bahasa ibu. Di samping itu, tidak sedikit anak sebelum baligh (umur 8 tahun-an) sudah bisa hafal Alquran 30 juz.Â
Padahal kosa kata dalam Alquran itu jumlahnya sebanyak 77.439. "Mengenai jumlah kata dalam al-Quran, Fadhl bin Syadan meriwayatkan dari Atha' bin Yasar, yang mengatakan, Jumlah huruf ada 77.439 kata....." [Tafsir Ibn Katsir, 1/98]. Hal inilah menjadi bukti bahwa Alquran mudah sekali dihafal dan mudah melekat dari pada bahasa ibu yang dipakai sehari-hari.
Keempat, Mengalahkan Peradaban Lain
Ketika seluruh isi Alquran diterapkan secara totalitas, bangsa arab --yang awalnya dipandang sebelah mata oleh dua peradaban besar (Persia dan Romawi)-- justru ditakuti oleh kaum kafir, bahkan bisa mengalahkan dua peradaban besar itu.Â