Karena tingginya aktivitas yang terjadi pada otak pada HSP, akan hal tersebut akan menyebabkan overstimulasi atau kerja otak lebih berat daripada non-HSP.Â
Terdapat 4 karakteristik Highly Sensitive Person yang dikemukakan oleh Aron, dkk. Ditinjau dalam jurnal ilmiah Tillman, dkk., pada tahun 2019, diantaranya adalah:
1. Penghambatan perilaku, seperti contohnya lebih menahan diri saat akan bertindak dan HSP telah mengenali situasi tersebut karena terjadinya proses pengamatan dari situasi yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya hal ini dilakukan karena adanya rasa takut atau dapat disebut dengan antisipasi dalam melakukan atau menghadapi situasi berikutnya.
2. Sensitivitas terhadap rangsangan yang lebih rendah, jadi HSP mudah lelah dalam menerima rangsangan yang dipengaruhi internal (dalam diri) sepertinya ketika ada suara keras atau indera penciuman mencium bau yang sangat menyengat serta dalam hal  eksternal  atau bersifat visual dari luar dirinya seperti rasa sakit dan obat-obatan ditinjau dari jurnal Aron & Aron pada tahun 1997.Â
3. Kedalaman pemrosesan sesuatu, seperti contohnya membutuhkan waktu yang cenderung lebih banyak dalam menyelesaikan hal tersebut dalam mendapatkan feedback atau umpan balik atas pemikiran panjang yang telah dilakukan HSP dalam memproses kedalaman informasi.Â
4. Reaktivitas emosional, atau mendukung sosialisasi akan HSP dalam reaksinya dalam melakukan aktivitas sosial atau berinteraksi dengan situasi tertentu serta berkaitan dengan emosional.Â
Adapun beberapa tips dalam mengatasi Highly Sensitive Person, diantaranya adalah:
1. Peka terhadap hal yang dapat menjadi pemicu sensitivitas emosional
2. Beri mereka ruang dalam memproses informasi yang telah didapat
3. Melakukan meditasi dan latih perhatian penuh
4. Beradaptasi dengan situasi dan ciptakan suasana aman dan nyaman