Integritas akademik merupakan fondasi utama dalam dunia pendidikan, termasuk di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri. Di era kecerdasan buatan (AI), tantangan dalam menjaga integritas ini semakin kompleks. Kemudahan akses informasi dan alat bantu belajar yang disediakan oleh teknologi modern dapat memicu pelanggaran, seperti plagiarisme, yang berpotensi merusak nilai-nilai akademis dan etika. Salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh mahasiswa adalah kemudahan dalam menyalin dan menyebarluaskan informasi. Dengan adanya AI, menghasilkan teks atau karya ilmiah yang tampak orisinal menjadi lebih mudah, namun tidak selalu mencerminkan pemahaman atau penelitian yang mendalam. Selain itu, mahasiswa perlu dilatih untuk memahami batasan etis dalam penggunaan AI, sehingga mereka mampu membedakan antara penggunaan yang mendukung pembelajaran dan yang dapat dianggap sebagai penipuan akademik.
Dalam situasi seperti ini, perguruan tinggi keagamaan Islam memiliki peluang besar untuk mempertahankan integritas akademik dengan memberikan pendidikan dan kesadaran. Workshop, seminar, dan kursus tentang etika penggunaan teknologi, misalnya, dapat membantu siswa memahami akibat pelanggaran integritas. Selain itu, karakter mahasiswa dapat dibentuk oleh penerapan prinsip-prinsip Islam, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan penghormatan terhadap karya orang lain. Pendidikan yang mengutamakan prinsip-prinsip ini akan menumbuhkan kesadaran untuk bertindak jujur dalam pendidikan mereka.
Perguruan tinggi juga dapat menggunakan teknologi untuk menjaga etika akademik, seperti menggunakan perangkat lunak untuk mengidentifikasi plagiarisme dan menerapkan sistem pengawasan yang baik selama ujian. Pengembangan kurikulum juga merupakan langkah penting. Pembelajaran tentang etika digital dan penggunaan AI dalam penelitian akan mengajarkan siswa cara menggunakan teknologi secara konstruktif dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, integritas akademik di era AI merupakan tantangan sekaligus peluang bagi perguruan tinggi keagamaan Islam negeri. Dengan pendekatan yang komprehensif—meliputi edukasi, integrasi nilai-nilai keagamaan, dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab—perguruan tinggi dapat menciptakan lingkungan akademik yang inovatif, berlandaskan pada kejujuran dan etika. Melalui upaya ini, diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi cendekiawan yang tidak hanya berkompeten secara akademis, tetapi juga berkomitmen pada nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H