Key Takeaway 2
Â
Mayoritas masyarakat Indonesia menghindari risiko saat berinvestasi
Cukup membuat heran jika mayoritas masyarakat Indonesia sudah berinvestasi sejak usia muda, tetapi sebagian besar dari mereka hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp1 juta untuk investasi.
Hal ini merujuk ke beberapa kecenderungan.
Kecenderungan pertama adalah mayoritas masyarakat Indonesia memang menghindari risiko dalam berinvestasi.
Lalu, kecenderungan kedua adalah mereka yang berinvestasi di usia muda memang belum berpenghasilan besar untuk mencukupi segala kebutuhannya, tetapi sudah ada keinginan besar untuk berinvestasi.
Kecenderungan selanjutnya, berkaitan dengan alasan utama dalam berinvestasi yaitu untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau passive income -- mayoritas masyarakat Indonesia FOMO dan menaruh uang mereka di instrumen investasi yang mempunyai risiko tinggi seperti kripto dan saham.
Memang, tidak ada salahnya berinvestasi dengan tujuan mendapatkan passive income. Tetapi, hal ini menunjukan bahwa literasi keuangan mayoritas masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan. Alih-alih mengejar penghasilan tambahan, sebagian masyarakat Indonesia ini perlu memerhatikan manfaat lain dari investasi.
Seperti mempersiapkan diri dari isu resesi, tabungan pensiun, atau tabungan untuk anak, dan masih banyak manfaat lainnya.
Melihat kemungkinan ini, brand perlu memerhatikan lagi komunikasi yang sudah dibangun sebelumnya. Terlepas dari komunikasi dengan nada 'menguntungkan' -- brand bisa menyiapkan komunikasi dengan nada 'mengamankan'. Artinya, brand harus siap untuk menceritakan bagaimana manfaat investasi jangka panjang dengan instrumen yang sesuai.