Lapisan paling luar dari Citayam Fashion Week mungkin hanya menunjukan sekelompok remaja menikmati ruang elit di Jakarta dengan fesyen yang mereka punya. Tapi, ada apa di dalam fenomena ini?
Brand dan berbagai pihak terkait lainnya perlu lebih teliti untuk melihat fenomena ini. Berbagai insight menarik yang akan jadi kesempatan brand untuk lebih dekat dengan target audience-nya bisa ada di dalam Citayam Fashion Week.Â
StratX KG Media melihat fenomena ini sebagai aksi yang begitu menarik untuk diketahui lebih dalam, sehingga kami melakukan desk research dan menemukan berbagai poin-poin yang bisa brand nantinya manfaatkan sebagai landasan di strategi komunikasinya. Sila simak ulasan ini sampai selesai.
Ada Apa Saja di Dalam CFW?
Perkembangan CFW bisa dengan mudah dipantau dari berbagai platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, Youtube, dan lainnya. Dari konten yang beredar di ekosistem digital, pro dan kontra beragam bermunculan tentang CFW. Mulai dari perilaku remaja ini yang masih suka buang sampah sembarang, sampai munculnya beberapa ikon CFW, menuai banyak komentar.
Ikon-ikon yang bermunculan, seperti Roy, Jeje, Bonge, dan Kurma, sudah mondar-mandir di beberapa kanal Youtube. Mungkin hal ini yang mereka juga cari. Terkenal, punya banyak followers, dan berpotensi mendapat endorse produk.Â
Lalu, sebenarnya -- ada apa saja di dalam CFW ini? Satu hal yang paling jelas mudah terlihat adalah mereka nongkrong dan menghabiskan waktu di beberapa titik area SCBD, salah satunya Dukuh Atas.
Salah satu akun di Instagram yang kerap membagikan konten bertemakan literasi keuangan yaitu finfolkmoney -- di konten dengan topik CFW, menyebutkan kehadiran remaja-remaja ini membuat pedagang starling atau kopi keliling mengalami kenaikan omzet.Â
Kenaikan omzet tersebut cukup signifikan, di dalam kontennya disebutkan pedagang starling ini biasanya mendapat Rp 200.000 saja, tapi dengan fenomena ini, paling sedikit mereka bisa mendapatkan Rp 700.000. Data ini menunjukan para remaja, juga punya daya beli yang bisa diperhitungkan.
Selain nongkrong, beberapa hari yang lalu, tepatnya di akhir pekan, kawasan Dukuh Atas dijadikan area untuk catwalk. Dilansir dari Kompas.com -- area atau lokasi di sekitar stasiun MRT Dukuh Atas menjadi panggung di mana beberapa remaja unjuk kebolehannya berjalan layaknya model fashion show ternama.Â
Setiap remaja yang berjalan selayaknya model menunjukan gaya fesyennya, beberapa penonton meneriakinya. Jelas, hal ini membuat area tersebut mendapat perhatian lebih dari sekitar. Aktivitas tersebut terjadi mulai dari jam 7 malam.
CFW begitu menarik untuk dibahas lebih dalam. Terlepas dari aktivitas apa saja yang terjadi di dalamnya, CFW seperti gerakan budaya yang perlu difasilitasi. Ranny Rastati dengan tulisannya di theconversation.com -- menunjukan CFW sebenarnya bukan barang baru. Hal ini ia ungkap dengan menceritakan kawasan Blok M (Melawai) pada era 80-90an juga menjadi tempat nongkrong remaja seperti ini.