Mohon tunggu...
StratX KG Media
StratX KG Media Mohon Tunggu... Konsultan - stratx.id

Perusahaan riset dan konsultansi marketing. Berbagi konten mengenai data, temuan, dan riset untuk kembangkan brand dari perspektif manusia dan kultur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perempuan Penjaga Bumi

4 April 2022   11:01 Diperbarui: 4 April 2022   11:05 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal kesetaraan gender di negara yang sistem patriarkinya kental adalah diskusi yang menarik. Seperti di Indonesia, di mana peran laki-laki terlihat lebih menonjol, sementara peran perempuan dibuat hanyak untuk mendukung peran laki-laki saja. Setuju atau tidak setuju dengan hal tersebut, fakta mengatakan demikian.

Akan tetapi, semangat perempuan untuk bisa setara dengan laki-laki tidak pernah padam. Semangat tersebut semakin berkobar besar menjelang Hari Kartini. Tantangannya adalah semangat ini tidak boleh kendur jika Hari Kartini sudah lewat. Masyarakat Indonesia, terutama para perempuan, sebaiknya mengetahui esensi Hari Kartini, atau minimal -- mengetahui apa semangat yang diperjuangkan oleh Ibu Kartini.

Dalam berbagai literasi, disebutkan bahwa semangat atau perjuangan Ibu Kartini tidak hanya seperti yang digaungkan sekarang-sekarang ini. Adu molek dengan kebaya, lincah di dapur, dan lainnya -- perjuangan Ibu Kartini terlepas dari semua hal tersebut. Dengan berbagai upaya yang sudah dilakukannya, Ibu Kartini berjuang agar para perempuan di Indonesia harus mempunyai pendidikan serta pengetahuan yang sama dengan yang lain. Sehingga, tidak lagi dipandang sebelah mata, tidak lagi disingkirkan, dan perempuan Indonesia bisa berdiri sendiri di atas segala usahanya.

Modern ini, sudah banyak sosok perempuan yang muncul ke permukaan sebagai perempuan berdikari untuk banyak hal. Salah satunya adalah mereka yang begitu peduli dengan lingkungan dan kelestarian alam. Hubungan perempuan dan lingkungan untuk tahun ini begitu erat karena momen Hari Kartini dan Hari Bumi beriringan. Sehingga, ide untuk membuat selebrasi tentang Hari Kartini dan Hari Bumi bisa saja dibuat bersamaan. Bahkan, dari ide ini juga, kita semua bisa mengetahui bagaimana peran perempuan sebagai manusia yang ikut menjaga kelestarian alam.

Latarbelakang ini yang membuat StratX KG Media melakukan studi dengan survey online dan mendapatkan 365 responden dan semuanya perempuan. Di dalam studi ini, kami menemukan berbagai insight menarik yang bisa menjadi landasan untuk brand -- terlebih brand yang mempunyai target audience perempuan -- untuk membangun strategi komunikasi yang tajam.

Untuk mengetahui selengkapnya, sila simak laporan di bawah ini.

Profil Responden

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Total responden yang kami dapat adalah 365 perempuan, di mana usia 24-28 tahun sebanyak 28,85%, usia 29-33 tahun sebanyak 25,27%, dan usia 34-38 tahun sebanyak 19,78%. Dari rentang usia tersebut, bisa diinterpretasikan bahwa mereka adalah perempuan yang masih dalam waktu produktif.

Kemudian, para perempuan ini mayoritas tinggal di Jakarta sebanyak 16,48%, Bodetabek sebanyak 19,78%, Bandung sebanyak 8,24% dan Surabaya sebanyak 7,97%. Mereka juga tersebar di kota-kota lainnya seperti Medan, Yogyakarta, dan Semarang.

Hal menarik dari profil responden ini adalah tingkat pendidikannya, di mana mayoritas adalah SMA/MA sederajat sebanyak 50,00%, lalu disusul oleh D4/S1 sebanyak 31,59% dan S2 sebanyak 4,40%. Terkait dengan semangat Ibu Kartini, pada kenyataannya masih banyak perempuan yang memerlukan pendidikan yang tinggi. Poin ini bisa menjadi catatan untuk brand dengan persona pendidikan, bisa menyuarakan pendidikan untuk perempuan secara menyeluruh.

Lalu, mayoritas dari responden adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 50,00%, pegawai swasta sebanyak 16,48%, dan wiraswasta sebanyak 15,66%, serta pelajar/mahasiswa sebanyak 4,12%. Melihat status pekerjaan para responden, bisa diartikan bahwa budaya patriarki di Indonesia memang begitu kental. Akan tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mereka mayoritas Ibu Rumah Tangga juga mempunyai idealisme untuk berdikari.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung -- peribahasa ini cukup terkait dengan apa yang akan dibahas secara mendalam di sini. Tidak hanya laki-laki saja yang ikut andil dalam melestarikan lingkungan, dengan semangat Ibu Kartini -- para perempuan juga bisa mempunyai peran yang sama dengan laki-laki untuk menjaga lingkungan.

Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa dalam tingkat kepedulian mereka dan apa yang mereka sudah lakukan untuk ikut menjaga lingkungan.

Perempuan Peduli Lingkungan

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Kepedulian dengan lingkungan bisa dimulai dari bagaimana perempuan bisa mengidentifikasikan berbagai macam permasalahan lingkungan di sekitarnya. Dari studi ini, StratX KG Media mengetahui apa saja yang diketahui sebagai permasalahan lingkungan. Mayoritas dari mereka sebanyak 47,53% menyebutkan pengelolaan sampah tidak maksimal, disusul oleh mereka yang menyebutkan polusi sebagai salah satu permasalahan lingkungan sebanyak 13,74%, serta sebanyak 10,16% menyebutkan bencana alam juga jadi salah satu permasalahan lingkungan.

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Selain tiga masalah tersebut, menariknya adalah sebagian dari mereka menyebutkan bahwa limbah plastik, pencemaran limbah, sampai deforesasi illegal juga menjadi permasalahan lingkungan yang serius. Bahkan, mereka juga mengetahui asal usul permasalahan lingkungan ini terjadi. Hampir semua responden sebanyak 97,0% menyatakan bahwa permasalahan lingkungan yang ada terjadi karena perilaku manusia. Ini artinya mereka sadar bahwa ada perilaku manusia yang salah sehingga terjadi permasalahan alam dan lingkungan ini. Selain karena perilaku manusianya, sebagian dari responden juga menyebutkan bahwa ada oknum dan bencana alam yang ikut andil dalam menciptakan permasalahan lingkungan.

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Kepedulian perempuan terhadap lingkungan tidak berhenti sampai mengidentifikasi permasalahan lingkungan saja, tapi mereka juga ikut melakukan aksi untuk bantu menyelesaikan permasalahan lingkungan di sekitarnya.

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Mayoritas dari responden sebanyak 95,1% menyatakan mereka sudah sadar untuk membuang sampah pada tempatnya. Kemudian, sebanyak 78,8% juga berupaya mengurangi penggunaan plastik, 64,6% ikut memilah dan memilih sampah, 38,7% mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, 36,8% menggunakan brand kecantikan yang mendukung kelestarian lingkungan,33,0% menggunakan pembalut ramah lingkungan, sampai 26,6% dari mereka ikut menyuarakan isu lingkungan di media sosial.

Hal menarik dari aksi yang mereka lakukan sebagai upaya menyelamatkan lingkungan sekitarnya adalah kemauan untuk memberitahukan ke orang lain lewat sosial media bahwa isu atau permasalahan lingkungan adalah hal penting untuk diselesaikan secara bersama. Poin ini cukup menarik untuk diinterpretasikan sebagai kesadaran para perempuan untuk membagikan konten bertemakan isu lingkungan atau bahkan mereka mau membuat konten yang menunjukan kepedulian mereka dan apa aksi mereka terhadap permasalahan lingkungan yang ada lewat sosial media.

Perempuan Mau Aksi Nyata

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Kesadaran para perempuan terhadap isu lingkungan sepertinya dimulai dari masifnya informasi yang beredar di media sosial. Informasi tersebut bisa berupa banyak hal, salah satunya adalah kampanye komunikasi digital.

Dok StratX KG Media
Dok StratX KG Media

Mayoritas responden sebanyak 88,74% menyatakan bahwa mereka suka memerhatikan kampanye peduli lingkungan di media sosial dan mayoritas dari mereka, sebanyak 72,05% memerhatikan kampanye tersebut di Instagram. Setelah Instagram, Mereka juga memerhatikan hal tersebut di Facebook, Youtube, Website, dan juga Twitter. Bagaimana dengan TikTok? Hanya 16,71% dari responden yang memerhatikan kampanye peduli lingkungan dari media sosial tersebut.

Dari mata, turun ke hati -- peribahasa ini cukup terkait dengan apa yang StratX KG Media temukan di studi ini, di mana mayoritas responden menginginkan aksi nyata, turun langsung ke masyarakat terkait isu lingkungan ini. Hal kedua yang mereka inginkan adalah sosialisasi peduli lingkungan secara offline dan online serta disusul oleh aksi untuk membuat produk ramah lingkungan.

Bicara soal produk ramah lingkungan, di mana sudah banyak brand yang berusaha untuk tap in di idealisme ini -- mayoritas responden dari studi ini, sebanyak 90,66% menyatakan pernah membeli produk dari brand yang mengusung fitur ramah lingkungan. Lebih spesifik lagi, mayoritas dari mereka mempunyai persepsi yang cenderung positif untuk brand yang sadar akan pentingnya isu lingkungan ini. Mayoritas responden menyatakan sangat mendukung untuk terus mengingatkan kesadaran masyarakat agar makin peduli dengan lingkungan.

Bicara soal kampanye komunikasi digital atau aksi nyata yang dilakukan oleh brand atau pihak lainnya terkait isu lingkungan ini, tentu ada sosok yang dijadikan contoh oleh responden. Berbagai nama figur publik disebutkan di dalam studi ini, seperti Nadine Chandrawinata, Dian Sastro, dan yang menarik dan mengejutkan adalah Susi Pudjiastuti adalah sosok-sosok yang begitu lekat dengan isu lingkungan.

Melihat perhatian responden terhadap kampanye digital tentang isu lingkungan sampai sosok-sosok yang mereka kaitkan dengan isu ini -- berbagai harapan ternyata mereka nyatakan. Mayoritas dari responden menyatakan besar harapannya untuk masyarakat agar semakin paham pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Harapan kedua adalah besar keinginan mereka agar pemerintah dan brand bisa bersinergi dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan lingkungan, serta ketiga -- adanya pemanfaatan teknologi sebagai upaya melestarikan lingkungan.

Insight Untuk Brand

Hari Kartini dan Hari Bumi yang bergandengan adalah momen menarik untuk dirayakan. Tetapi, untuk memenangkan hati target audience, brand perlu mengetahui apa semangat dari dua hari besar tersebut. Bicara soal kesetaraan, mungkin sudah banyak brand yang membicarakan ini dari berbagai hal -- tapi untuk bicara soal kesetaraan peran menjaga lingkungan, ini bisa jadi payung komunikasi baru untuk brand tindak lanjuti nantinya.

  • Tidak hanya laki-laki saja, perempuan juga ternyata memerhatikan kampanye peduli lingkungan di media sosial. Instagram jadi media sosial yang paling dekat dengan mereka, disusul oleh Facebook, Youtube, Website dan Twitter. Hanya sebagian kecil dari mereka memerhatikan hal tersebut di TikTok.
  • Selain menjalankan kampanye komunikasi digital, besar harapannya para perempuan untuk ikut aksi nyata dari kampanye tersebut. Dengan begitu, dampak yang akan diterima masyarakat juga semakin jelas. Para perempuan menginginkan masyarakat luas juga ikut sadar dan ikut berbenah menjaga kelestarian lingkungannya.
  • Kepedulian para perempuan dengan isu lingkungan tidak main-main. Mereka tahu apa saja permasalah lingkungannya, mereka tahu dari mana permasalahan itu berasal, dan mereka melakukan aksi-aksi sederhana sebagai tindakan preventif dari kerusakan lingkungan. Bahkan mereka mau untuk mengajak orang lain untuk ikut berupaya menjaga kelestarian lingkungan.
  • Para perempuan bahkan tidak ragu untuk membeli produk dari sebuah brand yang mengusung tema peduli lingkungan. Mereka mendukung hal ini.

Jadi Apa yang Brand Bisa Lakukan? 

Melihat berbagai temuan menarik dari studi ini, banyak sekali langkah strategis yang bisa brand ambil sebagai usaha untuk memenangkan hati konsumen atau target audience-nya.

Seperti kampanye komunikasi digital, langkah ini tetap bisa dilakukan tetapi mungkin hanya sebagai pendukung dari aksi nyata yang brand harus lakukan. Melihat keadaan pandemi yang semakin hari berangsur membaik, aksi nyata dari brand dengan berbagai protokol kesehatan yang tetap dipatuhi -- bisa dilakukan secara langsung. Aksi nyata dari brand justru harus jadi bintang utamanya.

Aksi nyata dari brand pun bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Tidak hanya live activation -- tetapi brand juga bisa berangkat dari produk yang ditawarkan. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, brand bisa membuat produk yang benar-benar ramah lingkungan, bahkan bisa berdampak baik untuk sekitar. Pesan atau nilai tersebut bisa dibantu oleh kampanye digital dan juga sosok public figure yang lekat dengan isu lingkungan.

Dengan begitu, harapannya aksi nyata dari brand bisa meningkatkan kepedulian masyarakat luas tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Secara tidak langsung, brand juga mendapatkan persona sebagai sosok yang ikut membantu isu penting ini.

Akan tetapi, sebelum brand mulai memproses semua insight atau rekomendasi yang sudah diberikan di atas, satu fundamental yang penting adalah semangat untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan itu sendiri. Dengan semangat ini, setiap langkah yang dilakukan oleh brand, apapun itu -- bisa dipahami oleh konsumen atau target audience-nya sebagai upaya positif untuk lingkungan. Dengan begitu, brand bisa memenangkan hati konsumennya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun