Platform digital sosial media masih menjadi tempat favorit bagi para marketer, brands, dan pihak terkait lainnya untuk mendekatkan diri dengan target audience. TikTok dan Instagram jadi sosial media paling populer untuk mereka manfaatkan.
Penempatan komunikasi di dua platform tersebut bukan tanpa alasan. Milenial dan Gen Z sekarang ini cenderung aktif di TikTok dan Instagram, sehingga hal ini dianggap sebagai potensi oleh brand untuk ikut aktif di dua sosial media tersebut.
Aktifnya milenial dan Gen Z di dua platform tersebut juga dikarenakan terfasilitasinya sisi kreativitas mereka untuk membuat konten. Seperti yang diketahui bersama, TikTok membuat penggunanya bebas berkreasi dalam membuat video. Instagram juga tidak mau kalah -- fitur Reels jadi andalan Instagram sekarang ini.
Sebenarnya, jika dilihat lebih detil lagi, sudah ada satu insight menarik yang bisa diambil untuk brand. Insight tersebut adalah konten berbasis video jadi satu bagian yang sulit dipisahkan dari milenial dan juga Gen Z.
Akan tetapi, jelas muncul pertanyaan yang lebih mendalam lagi: brand pilih TikTok atau Instagram Reels?
Menjawab pertanyaan tersebut, StratX melakukan desk research, di mana kami menemukan berbagai insight menarik untuk dibagikan -- bahkan untuk didiskusikan lebih dalam.Â
Teknis: TikTok VS Instagram Reels
Melihat secara teknis TikTok dan Instagram Reels, keduanya tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mulai dari kebebasan pengguna untuk memodifikasi konten videonya menggunakan berbagai fitur dari kedua platfrom tersebut, sampai hitungan algoritma.
Bicara soal algoritma, TikTok dan Instagram Reels punya hal-hal yang menarik. Seperti yang sudah diketahui bersama kalau TikTok mempunyai For You Page atau lebih dikenal FYP -- di mana halaman ini menunjukan trending konten pada sebuah waktu.
Instagram Reels sepertinya masih menggunakan user's interest, di mana apa yang pengguna sukai, berkemungkinan akan muncul di halaman 'timeline' konten video reels tersebut. Melansir dari situs personadigitals.com -- hal yang bisa diketahui oleh brand adalah hitungan interaksi atau engagement rates di TikTok ternyata lebih tinggi daripada Instagram Reels. Akan tetapi, brand pages di Instagram Reels mengungguli TikTok.
Terlepas dari sisi teknisnya, salah satu hal yang jadi pertimbangan brand sebelum melakukan campaign atau hal lainnya yang serupa adalah mengetahui behaviour dari target audience-nya.
Seperti konten video apa yang mereka bisa sukai, berikan komentar, disimpan, bahkan sampai dibagikan lagi. Jika tujuan dari brand adalah awareness, virality adalah yang brand butuhkan. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membuat konten yang berpotensi jadi viral?
Kedua platform -- TikTok dan Instagram Reels mempunyai potensi untuk membuat konten dari brand bisa viral. Perlu diingat bahwa selain algoritma yang akan membantu konten dari brand agar viral -- dari kontennya sendiri harus mempunyai unique selling point yang berbeda dan lebih baik daripada konten lainnya.
Insight Untuk Brand
Dari penjelasan singkat di atas -- ada beberapa hal yang perlu brand garis bawahi terkait TikTok dan Instagram Reels.
Konten berbasis video akan jadi tren yang berkepanjangan. Diprediksi akan banyak sekali brand atau pihak terkait yang memprioritaskan cara berkomunikasinya melalui konten video.
Terkait adanya kelebihan dan kekurangan dari TikTok dan Instagram Reels, brand perlu mengetahui bahwa virality juga bisa dipengaruhi oleh media placement yang masif. Brand bisa mempertimbangkan platform lain yang mendukung komunikasinya.
Kebiasaan pengguna TikTok dan Instagram Reels bisa jadi berbeda. Hal ini adalah pekerjaan rumah buat brand untuk mengetahuinya lebih dalam.
Jadi Apa yang Brand Bisa Lakukan?Â
Banyak hal yang bisa brand lakukan sebelum memutuskan platfrom mana yang akan digunakan untuk campaign atau strategi komunikasi lainnya.
Akan tetapi, langkah awal yang fundamental adalah riset. Brand perlu melakukan riset yang mendalam terkait dengan persona yang dimiliki sampai kebiasaan pengguna TikTok atau Instagram Reels.
Dari riset tersebut, tentu akan menemukan berbagai macam insight yang menarik dan bermanfaat untuk strategi komunikasi brand. Setelah itu, brand bisa merangkai semua temuannya untuk menjadi landasan strategi selanjutnya.
Lalu, bagaimana dengan virality yang sudah disebutkan di atas? Brand perlu mengetahui bahwa untuk membuat komunikasinya menjadi viral juga memerlukan formula. StratX mempunyai formula STRAND yang bisa disesuaikan di strategi tersebut.
Selain itu, brand juga bisa mempertimbangkan media placement yang masif untuk mendukung komunikasinya di TikTok ataupun di Instagram Reels. StratX sebagai bagian dari KG Media, bisa menyesuaikan dan merekomendasikan hal ini dengan brand terkait tujuan virality tersebut.
Terlepas dari berbagai langkah yang brand bisa lakukan, satu hal lagi yang brand bisa ingat adalah semangat di dalam komunikasi tersebut yang harus tetap terjaga. Alih-alih mempunyai tujuan viral dan mendapatkan awareness yang tinggi -- memenangkan hati target audience adalah hal yang utama bagi brand.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H