Mohon tunggu...
strappylappy
strappylappy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelatihan Softskil Rumah Kearifan

25 Desember 2024   12:02 Diperbarui: 25 Desember 2024   12:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pelatihan Softskil Rumah Kearifan 21 Desember 2024

"Pelatihan di Rumah Kearifan"


Di sebuah rumah sederhana yang asri, berlokasi di Santan RT 9, Joho, Jambidan, Banguntapan, Bantul, suasana pagi itu begitu cerah. Rumah itu bernama Rumah Kearifan, sebuah tempat yang menjadi saksi bisu perjalanan banyak orang dalam mengasah kemampuan diri. Hari itu, 21 Desember 2024, saya bersama lima teman lainnya bersiap mengikuti pelatihan softskill yang diadakan oleh Bapak Dr. Muqowim, M.Ag, dosen kami di UIN Sunan Kalijaga. Beliau adalah pengampu mata kuliah Ilmu Komunikasi Pendidikan di kelas kami, mahasiswa Prodi PAI angkatan 2023.

Kami berangkat pagi-pagi, membawa semangat dan rasa penasaran. Pelatihan ini berlangsung satu hari penuh, dari pagi hingga menjelang malam. Walaupun jadwalnya padat, kami tetap antusias. Setibanya di sana, suasana rumah itu terasa begitu damai, dengan halaman yang hijau dan lingkungan yang menenangkan. Saya langsung merasa bahwa tempat ini tidak hanya sekadar bangunan, tetapi juga ruang yang memancarkan energi positif.

Pelatihan dimulai dengan sapaan hangat dari Bapak Muqowim. Beliau memulai dengan memperkenalkan pentingnya softskill dalam kehidupan. "Softskill itu seperti akar pada pohon. Ia tak terlihat, tapi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan," ujarnya. Kalimat itu langsung membuat saya merenung. Sebagai mahasiswa, sering kali saya terlalu fokus pada nilai dan teori, tapi lupa untuk memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Materi pertama adalah tentang self-awareness, atau memahami diri sendiri. Kami diajak untuk merenungkan siapa diri kami, apa tujuan kami, dan apa nilai yang ingin kami pegang dalam hidup. Di sesi ini, saya merasa seperti berdialog dengan diri saya sendiri. Ada pertanyaan-pertanyaan sederhana namun mendalam yang membuat saya tersentuh. Siapa saya? Apa yang ingin saya capai? Dan, apakah saya sudah cukup mengenal diri saya sendiri? Jawaban-jawaban itu perlahan muncul seiring diskusi yang kami lakukan.

Selanjutnya, kami belajar tentang menjadi pendengar yang baik. "Mendengarkan bukan sekadar mendengar," ujar Bapak Muqowim. "Mendengarkan berarti memahami, meresapi, dan memberikan ruang kepada orang lain untuk merasa diterima." Kami pun melakukan praktik sederhana, duduk berpasangan, dan saling berbagi cerita. Awalnya, saya merasa canggung. Namun, semakin lama, saya menyadari betapa berharganya menjadi pendengar yang tulus. Melalui latihan itu, saya belajar bahwa setiap orang punya cerita, dan mendengar adalah bentuk penghargaan yang sederhana namun bermakna.

Sesi berikutnya membahas tentang memahami lingkungan sekitar. Bapak Muqowim mengajarkan kami untuk peka terhadap situasi, membaca suasana, dan memahami kebutuhan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang saya terlalu sibuk dengan urusan pribadi sehingga lupa bahwa di sekitar saya ada banyak hal yang bisa dipelajari dan diperhatikan. Sesi ini membuka mata saya untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar saya.

Dan tidak hanya itu, sepanjang hari itu, masih banyak lagi ilmu yang diberikan oleh Bapak Muqowim. Beliau membagikan pengalaman hidupnya, cerita-cerita inspiratif yang menggugah semangat, hingga tips praktis dalam menghadapi tantangan dunia nyata. Setiap kata yang beliau ucapkan seperti memiliki daya magis, membuat kami berpikir lebih dalam tentang arti kehidupan dan tanggung jawab sebagai manusia.

Hari semakin sore, tubuh terasa lelah, tetapi hati saya penuh dengan rasa puas. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan hari itu. Pelatihan yang awalnya terasa seperti kewajiban ternyata menjadi pengalaman berharga yang tidak akan saya lupakan. Saya pulang dengan kepala yang lebih tenang dan hati yang lebih terbuka.

Rumah Kearifan, tempat sederhana itu, kini menjadi simbol perjalanan saya dalam mengasah diri. Pelatihan ini bukan hanya tentang mendapatkan ilmu, tapi juga tentang mengenali diri sendiri, mendengar orang lain, dan merasakan keberadaan dunia di sekitar saya. Walau hanya satu hari, pengalaman ini akan terus saya bawa sepanjang perjalanan hidup saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun