Mohon tunggu...
Media Online
Media Online Mohon Tunggu... Editor - Social Media

Travel Story

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rembulan: Simfoni Malam

24 Agustus 2024   22:02 Diperbarui: 24 Agustus 2024   22:12 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembulan, engkau penguasa malam,  
Ratu yang bersinar di lautan gelap,  
Wajahmu pucat, namun penuh pesona,  
Mengintip dari tirai langit yang lembut,  
Memenuhi alam dengan cahaya perak,  
Mengubah segala yang keras menjadi lembut,  
Dan segala yang liar menjadi tenang.

Kau adalah misteri yang menggantung di langit,  
Bola cahaya yang terjaga dalam sepi,  
Menemani malam dalam kesendirian,  
Berputar dalam orbit yang tak pernah lelah,  
Menghantarkan harapan dalam mimpi,  
Dan menjaga rahasia dalam cahayamu yang bisu.

Di malam-malam yang sunyi,  
Kau adalah saksi bisu dari kisah-kisah yang terucap,  
Di bawah sinarmu yang lembut,  
Para pecinta berjanji setia,  
Dan para penyair menulis dengan tinta bintang.  
Kau mengukir bayangan di atas permukaan danau,  
Menggantung di atas puncak gunung,  
Mengintip dari balik awan,  
Memancarkan kehangatan yang dingin,  
Seakan menari dengan angin malam.

Namun, di balik keindahanmu yang memukau,  
Terdapat cerita yang tak banyak diketahui,  
Tentang sisi gelap yang tak tersentuh oleh cahaya,  
Tentang luka yang tersembunyi di permukaan halusmu.  
Kau tersenyum pada dunia dengan wajah terang,  
Namun di baliknya, ada kegelapan yang tak terlihat,  
Sisi gelapmu, tempat rahasia-rahasia terpendam,  
Yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang berani menyelam,  
Ke dalam kedalaman malam yang pekat.

Engkau adalah simbol dari dualitas,  
Di mana terang dan gelap bersatu,  
Dalam tarian kosmis yang abadi.  
Setiap malam kau berubah,  
Terkadang purnama, terkadang sabit,  
Menyingkapkan wujudmu yang berbeda,  
Seperti jiwa yang terus berevolusi,  
Mencari keseimbangan antara terang dan gelap.

Rembulan, engkau adalah cermin,  
Yang memantulkan cahaya matahari yang jauh,  
Namun dalam pantulan itu,  
Kau menemukan identitasmu sendiri.  
Di hadapanmu, kita menyadari,  
Bahwa kita pun adalah pantulan,  
Cahaya yang dipantulkan dari sumber yang lebih besar,  
Namun dengan kilau dan warna yang unik.

Kau mengajarkan kita tentang perubahan,  
Bahwa setiap fase memiliki keindahan tersendiri,  
Bahwa dalam setiap siklus,  
Ada kesempatan untuk tumbuh,  
Untuk merenung, dan untuk melepaskan.  
Engkau hadir dalam kesenyapan malam,  
Namun suara hatimu terdengar jelas,  
Mengajak kita untuk mendengarkan,  
Apa yang sering kali terabaikan,  
Dalam hiruk pikuk kehidupan yang sibuk.

Di bawah sinarmu yang lembut,  
Kita belajar untuk menerima kegelapan,  
Bukan sebagai musuh,  
Tapi sebagai sahabat yang setia.  
Karena dalam kegelapan itulah,  
Kita bisa melihat cahaya dengan lebih jelas,  
Menghargai setiap pancaran,  
Dan memahami bahwa tanpa gelap,  
Cahaya tak akan bermakna.

Kau menari di langit malam,  
Mengiringi irama alam yang hening,  
Setiap gerakanmu adalah simfoni,  
Yang hanya bisa didengar oleh mereka,  
Yang memiliki ketenangan dalam jiwanya.  
Engkau mengajarkan kita untuk meresapi,  
Setiap momen dengan kelembutan,  
Untuk menikmati keindahan yang sederhana,  
Yang sering kali terlewatkan dalam terang hari.

Rembulan, engkau adalah inspirasi,  
Bagi mereka yang berani bermimpi,  
Bagi mereka yang mencari kedamaian,  
Dalam keheningan malam yang mendalam.  
Engkau mengingatkan kita bahwa,  
Di balik setiap kesulitan,  
Ada cahaya yang menunggu untuk ditemukan,  
Bahwa dalam setiap malam yang gelap,  
Selalu ada rembulan yang bersinar,  
Memberikan harapan bagi jiwa yang letih.

Kehadiranmu adalah pengingat,  
Bahwa kita semua adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar,  
Bahwa kita terhubung dengan alam semesta,  
Dalam siklus yang abadi,  
Di mana terang dan gelap,  
Cahaya dan bayangan,  
Berputar tanpa henti,  
Menjadi harmoni yang sempurna,  
Dalam tarian kehidupan.

Dan ketika fajar tiba,  
Dan matahari kembali menyinari dunia,  
Engkau perlahan menghilang,  
Namun tidak pernah benar-benar pergi.  
Kau tetap ada di sana,  
Tersembunyi di balik tirai siang,  
Menunggu malam tiba,  
Untuk kembali bersinar,  
Menyinari dunia dengan cahaya lembutmu,  
Mengiringi mimpi-mimpi yang baru lahir,  
Dan mengisi malam dengan keindahanmu yang abadi.

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun