Rembulan, engkau penguasa malam, Â
Ratu yang bersinar di lautan gelap, Â
Wajahmu pucat, namun penuh pesona, Â
Mengintip dari tirai langit yang lembut, Â
Memenuhi alam dengan cahaya perak, Â
Mengubah segala yang keras menjadi lembut, Â
Dan segala yang liar menjadi tenang.
Kau adalah misteri yang menggantung di langit, Â
Bola cahaya yang terjaga dalam sepi, Â
Menemani malam dalam kesendirian, Â
Berputar dalam orbit yang tak pernah lelah, Â
Menghantarkan harapan dalam mimpi, Â
Dan menjaga rahasia dalam cahayamu yang bisu.
Di malam-malam yang sunyi, Â
Kau adalah saksi bisu dari kisah-kisah yang terucap, Â
Di bawah sinarmu yang lembut, Â
Para pecinta berjanji setia, Â
Dan para penyair menulis dengan tinta bintang. Â
Kau mengukir bayangan di atas permukaan danau, Â
Menggantung di atas puncak gunung, Â
Mengintip dari balik awan, Â
Memancarkan kehangatan yang dingin, Â
Seakan menari dengan angin malam.
Namun, di balik keindahanmu yang memukau, Â
Terdapat cerita yang tak banyak diketahui, Â
Tentang sisi gelap yang tak tersentuh oleh cahaya, Â
Tentang luka yang tersembunyi di permukaan halusmu. Â
Kau tersenyum pada dunia dengan wajah terang, Â
Namun di baliknya, ada kegelapan yang tak terlihat, Â
Sisi gelapmu, tempat rahasia-rahasia terpendam, Â
Yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang berani menyelam, Â
Ke dalam kedalaman malam yang pekat.
Engkau adalah simbol dari dualitas, Â
Di mana terang dan gelap bersatu, Â
Dalam tarian kosmis yang abadi. Â
Setiap malam kau berubah, Â
Terkadang purnama, terkadang sabit, Â
Menyingkapkan wujudmu yang berbeda, Â
Seperti jiwa yang terus berevolusi, Â
Mencari keseimbangan antara terang dan gelap.
Rembulan, engkau adalah cermin, Â
Yang memantulkan cahaya matahari yang jauh, Â
Namun dalam pantulan itu, Â
Kau menemukan identitasmu sendiri. Â
Di hadapanmu, kita menyadari, Â
Bahwa kita pun adalah pantulan, Â
Cahaya yang dipantulkan dari sumber yang lebih besar, Â
Namun dengan kilau dan warna yang unik.
Kau mengajarkan kita tentang perubahan, Â
Bahwa setiap fase memiliki keindahan tersendiri, Â
Bahwa dalam setiap siklus, Â
Ada kesempatan untuk tumbuh, Â
Untuk merenung, dan untuk melepaskan. Â
Engkau hadir dalam kesenyapan malam, Â
Namun suara hatimu terdengar jelas, Â
Mengajak kita untuk mendengarkan, Â
Apa yang sering kali terabaikan, Â
Dalam hiruk pikuk kehidupan yang sibuk.
Di bawah sinarmu yang lembut, Â
Kita belajar untuk menerima kegelapan, Â
Bukan sebagai musuh, Â
Tapi sebagai sahabat yang setia. Â
Karena dalam kegelapan itulah, Â
Kita bisa melihat cahaya dengan lebih jelas, Â
Menghargai setiap pancaran, Â
Dan memahami bahwa tanpa gelap, Â
Cahaya tak akan bermakna.
Kau menari di langit malam, Â
Mengiringi irama alam yang hening, Â
Setiap gerakanmu adalah simfoni, Â
Yang hanya bisa didengar oleh mereka, Â
Yang memiliki ketenangan dalam jiwanya. Â
Engkau mengajarkan kita untuk meresapi, Â
Setiap momen dengan kelembutan, Â
Untuk menikmati keindahan yang sederhana, Â
Yang sering kali terlewatkan dalam terang hari.
Rembulan, engkau adalah inspirasi, Â
Bagi mereka yang berani bermimpi, Â
Bagi mereka yang mencari kedamaian, Â
Dalam keheningan malam yang mendalam. Â
Engkau mengingatkan kita bahwa, Â
Di balik setiap kesulitan, Â
Ada cahaya yang menunggu untuk ditemukan, Â
Bahwa dalam setiap malam yang gelap, Â
Selalu ada rembulan yang bersinar, Â
Memberikan harapan bagi jiwa yang letih.
Kehadiranmu adalah pengingat, Â
Bahwa kita semua adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, Â
Bahwa kita terhubung dengan alam semesta, Â
Dalam siklus yang abadi, Â
Di mana terang dan gelap, Â
Cahaya dan bayangan, Â
Berputar tanpa henti, Â
Menjadi harmoni yang sempurna, Â
Dalam tarian kehidupan.
Dan ketika fajar tiba, Â
Dan matahari kembali menyinari dunia, Â
Engkau perlahan menghilang, Â
Namun tidak pernah benar-benar pergi. Â
Kau tetap ada di sana, Â
Tersembunyi di balik tirai siang, Â
Menunggu malam tiba, Â
Untuk kembali bersinar, Â
Menyinari dunia dengan cahaya lembutmu, Â
Mengiringi mimpi-mimpi yang baru lahir, Â
Dan mengisi malam dengan keindahanmu yang abadi.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H